Jumat, 25 November 2011

Ayah, Mengapa aku berbeda? bagian 3

Aku Berbeda
Aku mungkin tidak akan pernah menyadari bahwa aku berbeda dengan orang-orang yang ada di sampingku. Semuanya mulai kupahami, saat aku sadar bahwa aku tidaklah sama dengan anak-anak lain yang kulihat. Ketika berjalan bersama  Nenek di halaman rumahku, mereka dapat berbicara dengan mulutnya dan mendengar apa yang sulit kupahami. Aku tidak mengerti apa itu yang disebut dengan pendengaran.  Alat indra yang satu ini tidak pernah ada dalam hidupku. Bahkan aku tak bisa mendengar suaraku sendiri.
Aku memiliki telinga dan fisikku tumbuh dengan baik saat berusia lima tahun, tapi itu hanya tampak dari luar.  Sesungguhnya aku tidak pernah bisa mendengar apapun selain suara hatiku sendiri.  Ayah yang  dari sejak awal menyadari aku cacat, tidak pernah mau mengatakan kalau aku adalah seorang gadis cacat. Ia dan Nenek memperlakukanku selayaknya  gadis  normal sejak dua tahun sebelumnya, setelah mendapatkan informasi dari Dokter Intan tentang pelatih tunarungu.
Ayah langsung menghubungi pelatih itu yang  notabene seorang ibu yang tampak sudah tua.  Ia datang setiap hari  ke rumahku   untuk memberikan pelajaran kepada  Ayah dan  Nenek tentang bagaimana  cara berkomunikasi  denganku. Ayah dengan  giat belajar pada ibu baik hati yang kupanggil Bibi Anggun itu. Yang aku tahu, ia memiliki seorang anak yang juga tunarungu. Jadi,  ia memiliki perasaan senasib dengan orang tua yang juga memiliki seorang anak tunarungu Baginya, menjadi pelatih orang tua tunarungu adalah cara  untuk berbakti sosial.
Setiap hari setelah pulang kerja, Ayah belajar pada Bibi Anggun. Nenek juga ikut serta, sedangkan aku malah asyik bermain boneka tanpa menyadari bahwa kelak akupun akan mempelajari bahasa tangan dari Ayah. Ia dengan cepat mengerti sedikit demi sedikit hal-hal yang harus ia ajarkan padaku. Ia tidak mengajarkan aku secara keras, tapi ia menggunakan sedikit permainan. Misalnya, apabila ia ingin mengatakan padaku bahwa ini adalah seekor kelinci, ia akan menunjukkan dengan tangannya lalu memperagakannya padaku.
Aku yang saat itu masih kecil mengikuti saja apa yang Ayah ajarkan walau itu sulit. Terkadang aku malah asyik bersama bonekaku, namun akhirnya lama-kelamaan aku terbiasa untuk mengerti maksud Ayah. Aku mulai mengerti bagaimana caranya untuk meminta minum pada Nenek, ingin bermain atau bahkan ke toilet agar tidak buang air kecil di celanaku.  Dua tahun adalah masa-masa yang sangat sulit bagi Ayah, karena ia menghabiskan banyak waktunya  untukku dengan setulus hati dan tanpa lelah.
Setelah umurku cukup, Ayah menyekolahkanku di Sekolah Luar Biasa dimana aku merasa sangat nyaman dan bertemu orang-orang yang sama denganku. Aku memiliki banyak teman sepermainan yang mengerti apa yang hendak aku katakan lewat bahasa tanganku. Di sekolah ini,  setiap harinya aku menghabiskan waktu selama lima jam dari pagi hingga siang hari sampai Nenek menjemputkupulang. Sedangkan pada pagi hari Ayahlah yang bertugas mengantarkanku sebelum akhirnya melanjutkan pergi ke kantornya.
Aku memiliki banyak guru yang baik hati dan sabar untuk mengajari kami anak-anak tunarungu, dengan sepenuh hati. Sahabat-sahabat kecilku saat itu semuanya sangat baik. Ada Lina yang umurnya setahun lebih tua dariku atau Andri yang  sudah berumur sepuluh  tahun tapi masih perlu belajar banyak bahasa isyarat tangan. Rasanya, aku selalu ingin bersama teman-temanku ketika pulang dari sekolah. Namun kini, duniaku sudah berubah. Aku tidak punya teman untuk berbagi cerita selain Nenek yang terkadang sibuk dengan pesanan tetangga-tetangga yang menyukai rotinya.
Pernah suatu ketika, aku mencoba untuk keluar dari rumahku seorang diri  saat  Nenek sedang asyik membuat roti dan pintu terbuka lebar. Aku selalu mengingat jalan menuju sekolahku dan berpikir untuk sekali-sekali berjalan ke sekitar taman komplek. Di sana banyak mainan yang disediakan untuk anak-anak. Ada sekolam pasir, ayunan dan kincir angin kecil yang sesungguhnya membuatku begitu ingin mencobanya.
Saat aku tiba di taman, ada sekumpulan anak yang sedang bermain dan perawat yang menjaga tak jauh dari mereka. Aku mendekat dan langsung mencoba ayunan yang kosong. Namun tanpa aku sadari, ada seorang anak laki-laki menunggu giliran dan melihat ke arahku.  Ia terus berteriak padaku namun aku hanya terus mengayun tanpa henti. Karena kesal, ia pun menahan tali pengikat ayunan dan aku agak terkejut sambil memperhatikannya.
Dia berteriak padaku.
“Gantian dong, ini kan mainan bersama!”
Aku tidak mengerti apa yang ia katakana, jadi kuteruskan bermain. Kemudian ia menangis  karena merasa aku terlalu egois sehingga anak-anak lain pun berkumpul.  Semua melihatku  dengan tatapan aneh dan aku merasa seperti seekor harimau  di atas panggung sirkus. Aku berhenti dan memperhatikan mereka. Semua saling bicara satu sama lain, sedangkan aku hanya bisa terdiam seperti merasa ada sebuah penolakan padaku.
“Ini kan anak cacat yang tinggal di samping komplek,” kata seorang anak perempuan yang tinggal tak jauh dari rumahku.
“O… jadi dia cacat. Sudah cacat jahat lagi tidak mau gentian main, kasihan Hendra nangis gara-gara anak cacat ini, kita laporin suster yuk!” ujar salah satu anak laki-laki lain. Aku baru menyadari bahwa anak yang menangis itu bernama Hendra.
Perawat yang mereka sebut suster itu mendekatiku.  Aku menjadi ketakutan. Semua berteriak bahwa aku jahat seolah aku ini maling. Walau aku tidak mengerti apa yang mereka katakan tapi tatapan mereka terlihat seperti  tidak menyukaiku,. Akhirnya aku pun berjalan meninggalkan tempat itu sebelum perawat itu datang padaku. Mereka terus berteriak menghinaku tapi perawat mereka justru hanya terdiam.
“Anak cacat jangan kembali, anak cacat jangan kembali,” teriak mereka berulang-ulang.
Aku menoleh ke belakang  dan pada saat itu juga hatiku pun sedih. Andai saja aku mengerti apa yang mereka katakan, pasti aku akan lebih sedih lagi. Aku pulang dan melihat  Nenek begitu cemas menungguiku. Ia menarik tanganku masuk ke rumah dan bertanya padaku lewat bahasa tangan.
“Kamu darimana Angel? Nenek cemas mencari – cari kamu!”
“Nenek, mengapa aku tidak bisa mengerti apa yang anak-anak lain bicarakan? Kenapa mereka mengusirku dan menunjukkan wajah yang tidak baik padaku?”
“Anak-anak mana?”
“Anak-anak di taman komplek,” ujarku sedih.
“Jadi kamu habis dari sana? Untuk apa?”
“Aku hanya ingin bermain ayunan, tapi mereka tidak suka padaku.”
Nenek lalu menarik tanganku dan membawaku ke taman tempat tadi aku bermain, kemudian  Nenek berteriak pada anak-anak itu.
“Siapa yang melarang cucuku bermain di taman ini?”
Semua terdiam dan berhenti bermain mendengar suara Nenek yang cukup terlihat marah dari wajahnya. Seorang perawat mendekati Nenek dan mencoba menjelaskan,
“Kenapa Nek?”
“Siapa yang melarang cucuku untuk bermain disini?”
Akhirnya suster itu menjelaskan sesuatu kepada  Nenek,  sedangkan anak-anak lain tampak ketakutan  bahkan sebagian pergi meninggalkan taman.  Aku melihat mereka pergi dan langsung mendekati ayunan. Saat itu aku langsung duduk dan mengayun diriku sendiri. Nenek sepertinya mulai menyadari persoalannya dan terlihat lebih tenang dari sebelumnya setelah perawat itu menjelaskan beberapa hal. Setelah perawat itu pergi,  Nenek mendekatiku. Ia terlihat begitu murung, perlahan ia membantuku untuk mendorong ayunan.
Aku tersenyum padanya dan berkata untuk lebih cepat. Nenek dengan senang hati melakukan apa yang aku inginkan. Aku tertawa  kegirangan karena akhirnya bisa menikmati ayunan yang semakin kencang dan merasakan angin menyentuh tubuhku dan membuat rambutku berterbangan. Nenek berhenti mengayun dan melepas kacamatanya, air matanya terjatuh dan ia  hapus dengan perlahan. Saat ayunan berhenti,  aku menoleh ke arah  Nenek di belakangku. Karena aku melihat Nenek menangis, maka  kuhentikan ayunan dan mendekatinya.
“Kenapa Nenek menangis?” tanyaku.
“Tidak apa-apa. Sudah puas mainnya?”
“Sudah. Ayah kapan pulang?” tanyaku lagi.
Nenek menundukkan badannya lalu mengatakan sesuatu padaku,
“Angel, lain kali kalau kamu ingin bermain ke mana pun, ajaklah Nenek. Nenek akan dengan senang hati menemani kamu.”
“Iya.”
Aku yang masih kecil itu belum menyadari mengapa Nenek berkata demikian. Karena sesungguhnya Nenek hanya bersedih di dalam hatinya. Ia sadar, bahwa cucunya yang tunarungu, memiliki dunia yang berbeda dengan anak-anak lain yang melihatku dengan aneh. Ia cemas melihat masa depanku di dunia ini, ia cemas untuk membayangkan bagaimana aku nanti hidup di dalam kehidupan bermasyarakat. Usianya yang sudah sepuh, memiliki sedikit waktu untuk menjagaku. Saat aku tiba dirumah, ia berkata padaku,
“Angel, belajarlah dengan benar di sekolah. Karena dengan begitu kamu akan bisa mengerti bagaimana cara bicara dan berkomunikasi dengan orang lain.”
“Memangnya kenapa, Nek?”
“Karena itulah cara kamu untuk belajar tentang bermain, memiliki teman dan meminta pertolongan pada orang lain.”
“Aku kan sudah punya teman di sekolah. Mereka mengerti apa yang aku katakan dan semua tampak normal?”
Nenek mungkin tidak ingin melanjutkan pembicaraan lebih dalam dan ia hanya memintaku untuk belajar lebih giat. Dalam hatinya, ia ingin berkata bahwa aku berbeda dengan orang lain yang normal. Satu-satunya cara agar aku dapat hidup bermasyarakat adalah dengan belajar untuk mengerti bagaimana cara untuk dapat hidup di dunia ini dengan keadaanku yang tidak sempurna. Tapi ia mengurungkan niat itu karena sadar bahwa aku masih terlalu kecil untuk mengerti arti kehidupan yang keras ini.
Nenekku yang baik hati, ia adalah malaikat yang selalu siap  melindungiku walau harus kusadari usianya telah senja.
***
Di sekolahku, aku mulai mempelajari bagaimana caranya berhitung, membaca dan memperhatikan mimik muka atau gerak bibir untuk manangkap maksud apa yang hendak dibicarakan  lawan bicara. Aku berpikir itulah kehidupan normal yang aku jalani dan merasa bahwa seisi kelasku juga sama dengan kondisiku, jadi aku menikmati semuanya  seiring berjalannya waktu.
Saat mengambil raport kelas setiap semester, aku selalu mendapatkan rangking satu dan itu membuat  Ayah cukup senang. Saat pengambilan raport, wali kelasku berkata kepada  Ayah,
“Angel terlalu pandai untuk bersekolah di tempat seperti ini, apakah  Bapak berpikir untuk menyekolahkannya di sekolah yang umum dan normal?”
“Tapi dia masih terlalu kecil dan saya tidak yakin.”
“Kami para guru sepakat untuk mengatakan bahwa kemampuan pendidikan Angel setara dengan anak kelas 6 SD di sekolah normal. Ia pandai berhitung, menulis dan menangkap apa yang kami bicarakan lewat mulut  juga tampak seperti anak normal lainnya. Mungkin kesulitannya hanya tidak dapat mendengar dan bicaranya kurang sempurna, tapi semua itu bukanlah masalah.”
“Lalu apa saran Ibu?”
“Semua pelajaran telah ia serap dengan baik. Walau usianya saat ini baru  delapan tahun, tapi ia sudah belajar dengan  anak usia tiga belas tahun tahun. Mungkin lebih baik ia disekolahkan di tempat yang normal. Saya yakin Angel bahkan bisa lebih pintar dari anak-anak normal lainnya.”
“Akan kami pikirkan, karena sulit untuk membayangkan Angel sekolah umum.  Saya takut ia tidak siap dan tidak bisa diterima.”
“Bapak tidak perlu  pesimis begitu. Sekarang, kami guru-guru akan fokus untuk mengajarkan Angel untuk bahasa isyarat sehingga ia dapat dengan cepat sekolah di tempat normal. Yang terpenting sekarang  adalah kita menyiapkan dia untuk ke depannya. Banyak kok anak-anak seperti Angel yang akhirnya memutuskan untuk sekolah di tempat umum dan selama ini tidak ada masalah.”
Ayah hanya terdiam kemudian kami pulang ke rumah. Ketika makan malam,  Ayah dan  Nenek berdiskusi, sepertinya Nenek sedikit tidak setuju dengan pendapat  Ayah. Ia lebih berharap aku bersekolah di tempat yang lama karena ia tidak ingin aku terluka oleh anak-anak normal lain seperti ia melihatku ketika di taman dulu. Ketika malam saatnya tidur,  Ayah mengantarkan aku hingga ke ranjang lalu mengajakku untuk bicara sebelum tidur.
“Angel, apakah kamu merasa diri kamu berbeda dengan anak-anak lain?”  tanya Ayah tampak serius.
“TIdak,” jawabku.
“Angel, apakah kamu tau, bahwa kamu adalah seorang tunarungu?”
“Tunarungu, bukannya semua teman-temanku juga tunarungu?”
“Tidak semua anak-anak yang kamu tau itu adalah tunarungu. Kamu berbeda Angel. Kamu tidak dapat mendengar dan  hanya sedikit dari anak-anak lain yang bisa mendengar. Bisa kamu pahami?”
Aku terdiam seperti tampak tidak mengerti.
“Baiklah, kalau begitu kamu  lekas tidur sana,” kata Ayah menyerah dan hendak pergi. Aku meraih tangannya sambil berkata.
“Ayah, yang aku tau tentang diriku, aku hanya ingin bersamamu. Itu saja cukup. Aku tau, aku tidak mendengar dan tidak mengerti apa itu mendengar, tapi aku merasa cukup dengan keadaanku saat ini. Aku bahagia memiliki teman-teman yang bisa bermain bersamaku. Tidak sulit buat aku bicara dengan mereka.”
“Tapi kelak kamu harus mencoba untuk hidup dengan lingkungan berbeda. Karena kamu akan terus tumbuh menjadi besar.”
“Hmm… teman-temanku juga akan tumbuh dewasa dan sama dengan kondisiku.”
“Kamu memangnya tidak ingin punya teman yang bisa mendengar?”
Aku terdiam. Belum pernah terpikir olehku memiliki teman yang bisa mendengar, malah berpikir bahwa bisa mendengar adalah sesuatu yang aneh.
“Aku tidak pernah berpikir tentang itu,” jawabku.
“Baiklah, lupakan pertanyaan  Ayah hari ini, lekas tidur. Besok kamu kan harus sekolah. Ayah tidak ingin kamu terlambat bangun. Oke?”
“Oke,” jawabku.
“Selamat malam Ayah…” ucapku pada  Ayah yang langsung menjawab dengan tersenyum.
Sejak malam itu, aku mulai berpikir tentang sebuah pertanyaan dari Ayah. Apakah aku bisa memiliki teman lain selain teman-temanku  yang tunarungu? Bagaimana rasanya memiliki teman yang bisa mendengar? Bagiku, melihat orang lain bicara adalah sesuatu yang aneh. Dalam  duniaku hanya ada satu cara untuk berkomunikasi yaitu lewat bahasa tangan. Ayah sungguh membuatku bingung dan berpikir tanpa henti dengan pertanyaan-pertanyannya.
***

kisah selanjutnya bisa kamu baca dan dapatkan di novelnya

Ayah, Mengapa aku berbeda? bagian 2

Mengapa Aku Terlahir Cacat?


Mungkin hanya Tuhan Yang Maha Tahu untuk menjawabnya. Bagaimanapun dan apapun keadaanku, inilah jalan yang harus aku lalui. Mungkin dari  sejak awal, Ayah sudah menyadari apa yang akan terjadi padaku ketika dulu sebelum aku terlahir, ia mendapat peringatan keras dari dokter untuk melarang kelahiranku. Tapi ia juga paham, Ibu yang berhati mulia seperti istrinya tidak akan pernah tega melakukan apa  yang dokter sarankan walau kematian adalah ancaman terbesar baginya.
Ibu dan Ayah, sejak dulu memang sudah harus melalui penderitaan cinta untuk bersatu. Ibuku tiga tahun lebih tua dari Ayah. Ia adalah seorang putri dari orang tua yang sukses dan kaya.  Ayahku hanya seorang anak yang terlahir dari ibu tunggal yang bekerja sebagai pembuat kue. Mereka dipertemukan oleh Takdir di saat Ayah yang mendapatkan beasiswa belajar musik di sekolah musik terkenal sedangkan Ibu adalah seorang senior di sekolah musik itu. Ibu melihat bakat Ayah yang cukup tinggi dalam bermain piano.
Ibu terkesan dengan  Ayah yang begitu mahir bermain piano. Ia secara tak sengaja mendengar permainan piano  Ayah saat hendak  masuk ke kelasnya. Bukannya masuk ke kelasnya sendiri,  ia malah terduduk di kursi kelas  Ayah. Saat  Ayah selesai bermain piano, Ibu memberikan tepuk tangan meriah pada  Ayah. Ayah yang saat itu berusia empat belas tahun hanya tersipu malu melihat ibu yang cantik memuji permainannya. Sejak saat itu mereka pun berkenalan. Dengan malu-malu, Ayah mengenalkan dirinya pada   Ibu yang usianya  tiga tahun lebih tua darinya.
“Angel…” kata  Ibu sambil pergi meninggalkan  Ayah.
Awalnya, Ayah mungkin melihat  Ibu sebagai cinta monyet pertamanya. Tapi ketika ia mulai mencoba mencari tahu tentang Ibu, hatinya langsung ciut ketika melihat  Ibu setiap hari pulang-pergi ke tempat sekolah musik dengan supir dan mobil mewah. Ia tidak punya nyali untuk mendekati Ibu dengan hanya bermodalkan sepeda butut peninggalan ayahnya. Dan ia pun tidak pernah mencoba untuk mendekati Ibu karena ia sudah sadar dari  sejak awal, hanya dalam dongeng mimpi ia bisa  mendapatkan gadis secantik  Ibu.
Beberapa waktu kemudian, tanpa sengaja Ayah melihat Ibu yang menangis di tangga sekolah musik. Saat itu ia hendak naik ke lantai atas dan berpapasan dengan Ibu yang tampak sedang  menangis. Ayah mencoba melewatinya tapi  Ibu memintanya berhenti sambil berkata,
“Memangnya kamu tidak bisa apa menghibur seorang gadis yang sedang menangis? Jangan hanya lewat dan diam saja dong!” kata  Ibu.
“Maaf, aku takut membuatmu marah, karena itu tidak ingin mengganggumu.”
“Kan kamu bisa tanya kenapa aku menangis? Gimana sih!” pinta Ibu   membuat Ayah  bingung.
“Tuh kan bingung, ayo tanya padaku kenapa aku menangis?!” teriak Ibu. Ayah menurutinya dengan gugup.
“Kenapa kamu menangis Angel?”
Ketika mendengarkan pertanyaan itu, yang  ditanya malah berteriak menangis semakin kencang. Banyak orang yang mendengar tangisan  itu langsung mendekat dan berpikir bahwa Ayah yang membuat Ibu menangis. Ayah  tampak bodoh disudutkan dengan kondisi itu, apalagi supir Ibu langsung membawa Ibu pergi begitu saja. Sejak saat itu Ayah  merasa menjadi terdakwa dan memutuskan untuk tidak sekolah musik lagi karena tidak ingin menjadi olok-olokan teman-teman sekelasnya.
Nenek bingung dengan Ayah yang tidak lagi sekolah musik, padahal ia sangat berharap mendapatkan beasiswa itu sejak lama.
“Kamu tidak sekolah musik lagi, Tin?” tanya Nenek.
“Males Bu, anak-anak orang kaya pada sombong, belajar di rumah juga sama aja. Toh itu piano tetap bisa jalan kan walau gak perlu belajar tambahan lagi?”
“Ya terserah kamu saja, yang penting kamu jangan lupa sekolah kamu yang utama, sekolah musik itu kan cuma tambahan saja.”
Menghabiskan waktu di rumah, Ayah ikut membantu Nenek menjaga toko rotinya.  Tanpa ia sangka, Angel muncul di tokonya untuk membeli kue. Ia terkejut melihat Ayah yang sudah lama ia cari dan ini adalah pertemuan yang sudah ia nantikan.
“Ternyata kamu kerja di sini ya?”
“Enggak kok, ini toko roti ibuku.”
“Oo… begitu. Martin, itu kan nama kamu?” tanya Ibu.
“Iya, Martin.”
“Kenapa kamu gak sekolah musik lagi?”
“Gapapa, aku lagi pengen bantu ibuku saja, kebetulan para pegawainya lagi pulang kampung.”
“Jadi bukan karena kejadian saat itu kan?” tanya Angel sekedar untuk mengingatkan kejadian tangisnya yang heboh di sekolah musik.
“Bu… bukan!” jawabnya gugup.
“Baiklah kalau begitu, aku beli sepuluh roti isi coklat. Tolong dibungkus!”
Ayah dengan cepat mengemas roti pesanan Ibu dan beberapa saat kemudian menyerahkan sekantung roti penuh pada Ibu. Sambil memberikan uang, Ibu berkata,
“Aku minta maaf ya atas kejadian kemarin, aku sedang ada masalah pribadi saja. Kapan-kapan kalau kamu ada waktu, aku akan jelaskan,”  ucap Ibu.
“Gapapa, dengan senang hati aku akan mendengarkan ceritamu,” kata Ayah tersipu malu.
Ibu pun pergi dari toko dan Ayah hanya terdiam bingung. Hatinya senang ketika gadis cantik itu meminta waktu untuk mendengar ceritanya. Tiba-tiba Ibu kembali lagi sambil berkata,
“Hai, besok di sekolah musik aku akan tampil. Kamu datang ya  jam  dua siang,” kata Ibu yang kemudian pergi begitu saja.
Ayah benar-benar seperti mabuk kepayang dengan permintaan  Ibu. Hatinya begitu senang hingga membuat  Nenek harus mengetuk kepalanya dengan sendok adonan hingga tersadar dari lamunan.
“Ibu, aku mau lanjutin sekolah musik lagi!” teriak Ayah.
“Lah, tadi katanya bosen, gimana sih!! Sudah jangan aneh-aneh, mandi sana! Biar Ibu yang jaga sekarang.”
“Iya tadi bosen, sekarang sudah enggak, besok aku sekolah lagi,”  kata  Ayah pergi ke dalam kamar sambil menutup kepalanya dengan bantal.
***

Keesokan harinya,  Ayah benar-benar menepati janjinya untuk melihat penampilan Ibu Ibu di sekolah musik. Saat itu banyak murid yang tampil menjalani uji kelayakan naik kelas atau level. Ayah datang  saat Ibu sedang berada di atas panggung. Banyak penonton yang begitu terhanyut oleh alunan musik piano klasik yang  Ibu mainkan. Sesekali  Ibu menolehkan wajahnya ke arah penonton dan berharap  Ayah ada di sana  hingga akhirnya setelah beberapa kali menoleh, ia menemukan  Ayah yang sedang berdiri karena tidak kebagian kursi.
Setelah musik selesai, tepuk tangan Ayah terdengar paling nyaring di antara yang lain. Ibu tertawa kecil melihat  Ayah yang memuji penampilannya. Sejak saat itu keduanya pun menjadi dekat. Mereka selalu menghabiskan waktunya di sekolah musik bersama.  Itulah cinta monyet pertama Ayah. Walau mereka tidak pernah mengatakan cinta dan menyatakan berpacaran, keduanya selalu dekat dan saling menghabiskan waktu bermain musik piano sebagai bentuk jalinan cinta mereka.
***

Cinta mereka  tidak selamanya berjalan baik. Empat bulan setelah masa-masa indah itu, Ibu harus melanjutkan pendidikannya ke Amerika yang disambut  Ayah dengan penuh kesedihan. Memang jarak cinta dan usia sangat berpangaruh terhadap hubungan mereka.  Ibu yang lulus dari bangku SMA harus melanjutkan kuliah sedangkan  Ayah justru baru saja masuk SMA. Hal-hal itulah yang akhirnya membuat mereka sulit bersama.
Ayah begitu berat melepaskan Ibu  di saat terakhir pertemuan mereka. Mereka menghabiskan waktu dengan bermain piano bersama. Di antara suara alunan piano, mereka pun bicara dengan hati yang terluka.
“Kalau aku pergi dari sini, apa kamu akan tetap sekolah piano disini?” tanya Ibu.
“Tidak, aku akan kembali membantu Ibu dan fokus pada sekolah umumku.”
“Kenapa, kamu kan suka main  piano apalagi kamu sekolah di sini kan tidak dipungut biaya?”
“Tidak ada kamu di sini itu hanya membuatku sulit untuk melupakan kenangan kita,” kata Ayah dengan wajah sedih.
“Aku mungkin tidak akan kembali,” ucap Ibu kemudian membuat Ayah kaget.
“Kenapa kamu tidak kembali? Padahal aku berjanji untuk menunggu kamu sampai kembali.”
“Semua tergantung ayahku. Ia yang memutuskan, kalaupun harus kembali itu harus setelah aku selesai kuliah, memangnya kamu sanggup apa menunggu sekian tahun?”
“Aku pasti sanggup!”
Ibu hanya tersenyum. Ia sedikit lebih dewasa untuk menahan tangis  di samping Ayah. Dan itulah saat-saat terakhir mereka bersama, dalam sebuah ruangan dan bermain piano bersama. Ibu pun pergi melanjutkan pendidikan kuliahnya di Amerika, sedangkan Ayah memutuskan keluar dari sekolah musik dan fokus pada sekolah pendidikan umumnya. Di hatinya  hanya ada satu hal: ia akan terus menunggu dan menunggu  hingga  Ibu kembali walau ia tidak pernah tahu kapan itu terjadi.
***
Lima tahun kemudian…
Ibu kembali saat usianya sudah 23 tahun. Ia mungkin sudah melupakan Ayah untuk waktu yang lama. Ayah telah menjadi seorang pemuda tampan berusia 20 tahun. Ia baru saja lulus kuliah dan bekerja pada perusahaan dimana ayahnya Ibu adalah pemiliknya. Mereka bertemu saat Ibu tidak sengaja mampir ke kantor ayahnya. Saat itu di sebuah sebuah lift, Ibu dan Ayah saling  berpapasan. Ayah tidak akan pernah lupa wajah Ibu yang cantik dan begitu pula  sebaliknya. Keduanya salah tingkah tapi bahagia dengan pertemuan itu kemudian keduanya sepakat untuk melanjutkan pertemuan itu dengan makan malam.
Ayah tidak pernah tau kalau perusahaan keuangan yang ia tempati adalah milik Ibu. Ia pun tak menyangka bahwa Ibu akan bekerja di tempat yang sama. Keduanya semakin dekat  hingga Ayah menepati janjinya kepada Ibu.
Ia tidak pernah memiliki seorang kekasih pun setelah berpisah dengan Ibu.  Lain halnya dengan Ibu yang sudah memiliki beberapa kekasih dan itu ditunjukkannya kepada Ayah lewat foto-foto saat ia bersama mantan kekasihnya di Amerika.
Ayah pun tidak peduli dengan semua itu. Baginya yang terpenting saat ini ia sudah bisa bertemu dengan Ibu  kembali dengan hati yang sepenuhnya mencintainya. Hati Ibu pun luluh melihat Ayah sebagai sosok pria sejati yang layak mendampingi hidupnya.
Sayang seribu sayang, kisah cinta mereka akhirnya sampai ke telinga Kakek. Ia marah karena tidak sudi melihat Ibu berpacaran dengan karyawan rendahannya. Ia malu dan gengsi dengan hubungan tersebut. Tanpa sebab yang jelas, Kakek memecat Ayah  hingga membuat Ibu sangat marah. Ibu pun menyadari bahwa hubungannya telah diketahui ayahnya. Ia protes padanya.
“Kenapa Ayah tidak bisa memisahkan masalah pribadi dan perkerjaan? Jangan sewenang-wenang memecat Martin, ia tidak memiliki kesalahan dan  bekerja dengan baik untuk perusahan kita!”
“Ia memang bekerja dengan baik tapi menghancurkan impian Ayah dengan baik juga terhadap kamu.”
“Angel sudah besar Ayah. Angel tau apa yang pantas Angel lakukan.”
“Pantas? Menurutmu pantas berpacaran dengan seorang karyawan rendahan dan seluruh karyawan di sini menggunjingkan ayahmu? Dimana letak urat malumu? Memangnya kamu sudah tidak laku sehingga harus pacaran dengan orang rendahan seperti itu?”
“Martin pria yang baik dan tidak serendah yang Ayah pikirkan. Kalau Martin dipecat, mulai hari ini, Angel pun angkat kaki dari perusahaan ini!”
Sejak saat itulah hubungan Ibu dan Kakek menjadi berantakan. Ibu sadar, Ayah pasti tahu mengapa ia dipecat dari perusahaan. Dengan berbesar hati ia menerima semua keputusan perusahaan dan tidak masalah baginya karena ia bisa bekerja pada perusahaan lain. Hubungan cinta itu terus berjalan tanpa sepengetahuan siapapun hingga dua tahun kemudian, mereka memutuskan untuk melanjutkan hubungan ini ke arah yang lebih serius ketika ibu berusia 25 tahun.
Ayah melamar Ibu di depan keluarganya dan langsung mendapatkan hujatan. Melihat tindakan nekad itu, kedua orang tua Ibu memutuskan untuk membawanya ke Amerika dan membuat cinta mereka terpisah. Awalnya semua berjalan dengan baik, tapi  di saat-saat terakhir sebelum keberangkatannya, Ibu berhasil melarikan diri. Ia kabur ke rumah Ayah di bawah hujan yang deras. Di samping nenek, Ibu memohon untuk tinggal bersama Ayah.
Nenek yang tidak tega dan lebih berpikiran luas akhirnya mengizinkan keduanya tinggal bersama. Karena cepat atau lambat, orang tua Ibu akan mencarinya, maka keduanya pun memutuskan untuk kabur ke kampung halaman Ayah di Semarang. Di sana mereka hidup bersama dan akhirnya merayakan pernikahan secara resmi  dengan membawa sedikit saksi-saksi yang dapat membuat sah pernikahan mereka. Ibu kembali dengan surat nikah  ke hadapan orang tuanya bersama Ayah.
Dengan wajah penuh emosi, saat itu Kakek berkata,
“Mulai saat ini, kamu bukanlah anakku lagi, pergi dari rumah ini!”
Dengan tangis, Ibu pergi meninggalkan rumah dan kemewahan miliknya. Sebelum ia pergi, adik kandung satu-satunya memberikan sedikit uang yang langsung mereka tolak. Adik Ibu memaksa dan berharap uang  itu bisa digunakan untuk masa depan keluarga kecil ini karena setelahnya, mungkin mereka tidak akan pernah bertemu lagi dengan mereka. Keluarga besar Ibu memutuskan untuk selamanya menetap di Amerika dan meninggalkan semuanya.
Simpanan uang yang diberikan adik Ibu akhirnya dijadikan bekal membangun sebuah keluarga di Semarang, kampung Ayah. Ibu membuat kursus musik secara pribadi dan Ayah berkerja di kantor keuangan.
Setahun kemudian, Ibu mulai mengandungku. Keluarga kecil itu begitu bahagia melengkapi kehidupan barunya hingga Ibu memutuskan untuk berhenti mengajar les piano dan fokus pada bayi kecil yang kelak menjadi diriku di masa depan.
Sebulan aku dalam kandungan, Ibu mulai tampak telihat aneh. Ia sering merasa sakit dan tubuhnya melemah. Ayah mulai cemas karena Ibu tidak seperti ibu hamil lainnya. Apalagi Nenek juga melihat keanehan karena semakin besar usia kandungannya, Ibu semakin terlihat tidak sehat. Ayah membawa Ibu ke dokter dan inilah hal yang paling memilukan terjadi dalam kehidupan mereka. Tanpa mereka sadari, ada hal lain dalam hidup mereka yang tidak bisa disatukan.
Ayah memiliki darah yang bertolak belakang dengan  Ibu. Ayah memiliki rhesus darah positif sedangkan  Ibu memiliki darah rhesus negatif. Dalam dunia kedokteran, kedua darah tersebut tidak diperbolehkan untuk bersama. Pernikahan yang terjadi tanpa pernah melihat apa yang membedakan mereka itu pun akhirnya menjadi masalah bagi Ibu. Ibu mengandung aku yang memiliki rhesus darah positif milik Ayah dan itu membuat tubuh Ibu menolak kandungan Ibu.
Dan akibat perbedaaan itu, usia kandungan yang semakin besar  membuat tubuh Ibu semakin menderita. Dokter menyarankan Ibu untuk mengugurkan kandungan, tapi Ibu menolak keras rencana itu. Bagi Ibu, aku adalah segalanya dalam hidup. Ayah tidak bisa melakukan apapun dan tidak juga menyarankan Ibu untuk mengugurkan  kandungannya. Karena ia tahu, Ibu begitu mencintai aku dan tidak akan pernah mau melakukan tindakan kejam itu. Tindakan  Ibu yang tegas akhirnya hanya   membuat dokter mengikuti kehendaknya tapi ia mengingatkan  Ibu bahwa Ibu  bisa kapan saja mengalami kondisi kritis bila aku dipertahankan.
Dengan bertahan di atas kesakitan dan maut yang siap kapan saja menjemput, Ibu percaya bahwa Tuhan menciptakan aku dalam hidupnya dengan penuh tujuan. Akhirnya setelah masa-masa penuh derita itu, saat usia kandungan mencapai  tujuh  bulan,  Ibu tiba-tiba pingsan tak sadarkan diri. Ayah membawanya ke dokter untuk dirawat di unit gawat darurat. Saat itu dokter memutuskan untuk mempercepat proses kelahiranku karena kondisi  Ibu  akan semakin sangat kritis bila aku terus bertahan.
Tanpa pernah melihatku saat matanya terbuka,  Ibu meninggal   saat aku benar-benar berhasil diselamatkan oleh dokter.  Ayah hanya bisa termenung sedih melihat kepergian Ibu yang begitu mendadak. Tapi ia selalu teringat janjinya pada Ibu di saat Ibu memutuskan untuk bertahan dengan aku di dalam tubuhnya.
“Anak ini… walau orang lain mengatakan tidak pantas untuk dilahirkan, bagiku ia adalah malaikat yang hidup dihatiku, Martin. Kelak ketika ia lahir, berikanlah nama Angel padanya. Karena Dokter bilang anak ini berjenis kelamin perempuan.”
“Kenapa kamu berkata begitu?”
“Karena aku takut kamu lupa untuk memberikan nama ini, jadi aku ingatkan.”
Tak pernah disangka Ayah, itulah pesan terakhir Ibu untuk Ayah sebelum ia meninggal. Ayah hanya bisa menangis dan berusaha tegar untuk kedua kalinya ia harus  ditinggalkan Ibu. Dan kini, aku mengerti mengapa aku menangis begitu kencang saat aku terlahir ke dunia ini. Mungkin karena aku menangis untuk memanggil Ibu yang telah pergi untuk mengorbankan jiwanya demi aku. Aku menangis karena aku ikut bersedih tidak pernah bisa melihatnya seperti ia tidak pernah bisa melihatku ketika terlahir…

bersambung bagian 3

BIDADARI TERAKHIR- CERPEN 160



” Karena sekeras apapun aku berpikir tentangmu-hanya ada satu hal yang bisa kupahami bahwa kaulah hal terindah yang pernah kumiliki dalam hidup ini” agnesdavonar
diangkat dari sebuah kisah nyata cinta seorang pria dengan PSK
(info : penulis diminta sendiri loh sama narasumber, jadi kalau di kaskus ada yang sama kisahnya ya karena sumbernya sama :) tapi untuk kepentingan naskah agar mudah dicerna penulis mengubah sedikit saja , selama membaca…)
Malam itu, seharusnya bukan jadi malam milik gua. Malam yang sesungguhnya bukanlah yang gua harapkan. Adit, temen kecil gua. Entah harus bagaimana gua mengatakan? Tiba-tiba ketika habis pulang dari hang out di kafe, mengarahkan motornya ke sebuah tempat yang mungkin baru dalam hidup gua. Tempat pelacuran, ya.. semua juga tau kalau daerah yang sedang gua injakkan kaki ini adalah daerah protistusi. Gua sempat protes sama Adit, kenapa tiba-tiba ngajak gua ke tempat kayak ginian. Umur gua kan masih 17 tahun dan baru aja dapat ktp resmi seumur-umur hidup gua.
Gua gak bisa ngelarang teman gua untuk menyalurkan apa yang dia inginkan walaupun harus dengan cara seperti ini. yang terbaik buat gua adalah tidak ikut dalam permainan dia. Akhirnya kita berdua memarkirkan motor di sebuah rumah. Banyak cewek-cewek cantik yang berdiri sambil menggoda. Adit masuk, dan gua memutuskan untuk tunggu di luar. Sesekali dia nanya ke gua,
“ yakin loe gak mau coba? Gua bayarin deh!”
“ ogah, gua masih tahan iman, loe aja sana! Jangan pakai lama! Entar kalau digrebek polisi, disangka gua lagi yang mau!”
“ iya-iya, anteng aja loe disana.. “
Dengan wajah cemburut dan tatapan beberapa perempuan gua seperti orang bego yang nunggu diluar sambil megangan helm gua. Adit uda memilih cewek yang harus jadi teman dia malam itu. Gua menunggu di luar dan tiba-tiba salah satu cewek di dalam rumah itu keluar sambil menghisap rokok. Dia ngeliat gua, lalu menawarkan rokok kepada gua.
“ Enggak makasih,  gua gak ngerokok “ kata gua menolak dengna harus.
“ Hah, jaman gini masih ada yang gak ngerokok.. aneh..” Tanya cewek itu dan gua hanya senyum-senyum.
Dia duduk disebelah gua, menatap mata gua dengan tajam sambil sesekali membuang asap rokok ke langit-langit atap.
“ Kok nunggu disini, ga ikutan aja sama temen kamu!”
“ Enggak , biarian aja si adit yang pengen,.. Cuma nemenin aja”
“ uda, loe sama gua aja mau? “
Gua memandang cewek disamping gua, sejujurnya dia cewek yang cantik, putih dan idaman gua. Tapi ketika dia menawarkan dirinya ke gua, tiba-tiba gua jadi ilfell. Kenapa cewek secantik ini harus menjadi seorang pelacur, dunia ini memang gak adil.
“ enggak mbak ,makasih”
“ uda maulah, gua kasih diskon.. “ tawar dia lagi.
“ beneran mbak, saya gak mau..” tolak gua dengan halus.
“ apes deh gua, daritadi gak ada yang mau ama gua..”
“ loh mbak kan cantik, kok ga ada yang mau..!”
“ ya nasib lah, namanya juga jualan, kadang laku, kadang kagak, malah gua lagi ada masalah lagi,,.”
Entah mengapa gua jadi merasa ingin tau masalah dia.
“ masalah apa mbak?” Tanya gua
“ umur loe berapa?” Tanya dia ke gua
“ masuk 17 tahun ini,., “
“ yailah, masih brondong, masih belum tau namanya dunia dewasa..” ledek dia.
“ kata siapa.. setiap orang punya masalah, gak mandang gede atau kecil umurnya..”
Dia melihat gua, mungkin dia merasa gua pinter merangkai kata-kata.
“kayanya loe bukan cowok brengsek ya.. beda sama cowok-cowok yang suka kesini Cuma pengen cari cewek buat kesenangan sesaat’
Gua tersenyum manyum dipuji dia.
“ Hehe, ga semua cowok brengsek kok mbak..
“ mungkin aja…  hm.. gua lagi butuh duit..” kata dia tiba-tiba.
Dalam hati gua, mungkin ini masalah klasik. Kalau ga butuh duit, buat apa dia kerja sebagai pelacur.
“ Maaf kalau boleh tau, duit buat apa ya?”
“ nasib jadi orang miskin, selalu kena masalah, nyokap gua tiba-tiba ada benjolan di perut, kemarin sempat dibawah ke puskemas, kata dokter sih tumor ringan.  Mesti cepat-cepat di operasi kata dokter, tapi ya tau sendiri Negara kita, apa-apa butuh duit. Ujung-ujungnya duit buat operasi. Makanya gua lagi sial, semingguan ini jarang dapat pelanggan. Apes..”
Entah mengapa, gua merasa, ada kejujuran dari apa yang cewek ini ngomongin. Dia gak seperti lagi sandiwara.
“ namanya mbak siapa?”
“ panggil gua Eva aja! Loe?”
“ Gua, Rasya.. “
Tiba-tiba kita terdiam, melihat wajahnya yang tampak sedih sehabis cerita kehidupan dia, gua merasa iba dan menawarkan dia setulus hati.
“ kalau eva emang butuh duit, gua ada, tapi gak banyak, kali-kali aja bisa bantuin nutupin kekurangan.”
Dia ngeliat gua.
“ loe kan masih 17tahun, mau dapat duit dari mana 1,5 juta kekurangang gue..”
“ oo, jadi kurangnya 1,5juta. Tenang aja Va, gua ada kok kalau segitu, tapi kalau sekarang.. gua ga bawa duitnya.. kalau besok gimana?”
Dia tertawa kecil.
“ gua sih uda biasa digombalin sama pelanggan. Tapi kalau digombalin berondong sih baru kali ini..” ledek dia.
“ sumpah gua ga bohong, gini aja, nomor hendphone loe berapa? Nanti besok gua telepon dan kasih duitnya, tapi jangan disini ya.. soalnya gua ga nyaman..”
“ terserah mau dimana, neh nomor gue..” kata dia sambil ngasih kertas dengan angka nomor telepon dia.
” inget loe, gua ini bukan orang baik. ”
” gua juga bukan orang baik. tapi juga bukan orang jahat, gua dan loe hanya terlahir di dunia yang keduanya gak bisa kita hindari..”
Tiba-tiba adit selesai, dan dia langsung menuju gua. Sebelum adit ngajak gua pergi, gua pamitan sama eva. Dia tersenyum. Dari wajahnya gua tau, dia pasti berharap banget apa yang gua katakan ke dia itu benar. Walau sebenarnya gua sendiri ga punya duit sebanyak yang dia mau.  Duit yang gua punya Cuma ada 900 ribu dan masih kurang 600 ribu buat ngasih ke eva. Akhirnya gua mesti nunggu seminggu hingga terkumpul 1,5 juta. Bermodalkan duit yang sesungguhnya hasil uang jajan gua. Akhirnya gua nelepon dia.  Sebelum memastikan apa eva benar-benar sungguh-sungguh atau bohong, gua sempet survey ke psk sekitar tempat kerja eva dan hasilnya positif dia ga bohong makanya gua usahain duit terkumpul cepat.
Eva terkejut ketika gua nelepon dia, gua meminta janjian ketemu sama dia di kafe yang telah gua tentukan. Seumur-umur dalam hidup gua, baru kali ini gua beramal cukup besar untuk orang lain. Gua masukan duit itu dalam tas gua. Mungkin bonyok gua akan marah besar kalau tau duit jajan gua habis untuk dia. Tapi gua cukup beruntung terlahir dari keluarga yang mampu, jadi gua yakin. Bonyok gak akan tega biarin gua hidup tanpa duit sedikitpun andai gua bilang, gua butuh duit.
***
Eva muncul dengan pakaian yang lebih tertutup kebanding pertama kali gua lihat. Kita makan dan sesekali gua jelaskan kenapa gua baru hubungi dia dengan alasan sibuk ujian, padahal sesungguhya sibuk nabung untuk bantu dia. Eva mungkin gak pernah kepikiran kalau gua ngajak dia ketemu untuk bantu keuangan dia, dia lebih berpikir kalau gua ini ketemu dia sebagai seseorang yang membutuhkan dia seperti laki-laki lainnya.
Kita sempat jalan-jalan sebentar sampai akhirnya motor gua membawa dia ke pantai. Kebetulan mal di kota gua selalu dekat dengan pantai. Gua duduk disamping dia. Dia langsung menyodorkan pertanyaan.
“ sebenarnya , loe manggil gua untuk make gua? Atau temenin loe jalan sih?”
“ coba tebak?” Tanya gua.
“ dua-duanya juga ga masalah, gua uda lama gak jalan sama cowok. Terakhir pacaran juga apes. Dari sekian cowok yang nembak gua, Cuma dia yang gua terima. Ujung-ujungnya cowok emang brengsek. Cuma mau tidur sama gue.. makanya sejak sekarang gua mati rasa sama yang namanya cinta.. !”
“ loh kayaknya loe dendam banget ya sama cowok. Maaf loh kalau lancang, Cuma ngerasa gitu”
“ ngapain minta maaf, emang nasib gua kok. Terlahir sebagai cewek hina, miskin, keluarga berantakan. Lonte..” tiba-tiba eva nangis dengan kalimat terakhir itu.
“ loe nangis..” Tanya gua jadi ikut sedih.
“ lonte.. gua uda sering denger kalimat itu dari mulut orang lain buat gua, rasanya nyakitin banget.  Asal loe tau , kalau aja dunia ini lebih indah dari yang gua mau. Gua juga gak mau jadi lonte..  siapa sih di dunia ini yang mau jadi pelacur, lonte. Ini karena terpaksa. Masih ada adik sama keluarga yang butuh gua untuk bertahan hidup..”
“ eva.. jangan nangis dong. Tujuan gua kesini, Cuma pengen ngasih ini..” kata gua sambil ngasih duit ke dia.
“ gua emang masih berondong seperti yang loe bilang, tapi gua juga punya hati. Walau hidup gua cukup, tapi gua mengerti perasaan loe.. mungkin Tuhan Cuma lagi kasih ujian buat hidup loe. Kalau pun itu berat saat ini, gua harap bantuan dari gua, bisa bantu meringankan beban loe..”
“ loe.. kenapa sih mau bantu gua.. kan gua ini bukan siapa-siapa loe, bukan temen loe.  Bahkan bukan orang yang pantes kenal sama loe..” kata dia sambil menangis.
“ gua juga gak tau. Yang jelas, kita uda ditakdirkan buat jadi orang yang mengenal.. gua senang kok kenal sama loe. Sekarang pakai duit ini buat operasi nyokap loe ya,. Biar cepat sembuh dan loe bisa kerja yang lain.. bukan seperti sekarang..”
Dia terdiam sambil merenung.
“ kalau pun gua gak kerja kayak gini, gua juga uda pasti gak ada yang mau. Palingan laki-laki berengsek yang mau sama gua..”
“ kata siapa gak ada yang mau..”
“ ya kata gua lah.. mana ada sih yang mau sama bekas pelacur!! Bekas lonte…”
“ gua mau..”
Eva terdiam mendengar kalimat gua.
“ umur loe masih muda, belum tau yang namanya cinta.  Ya sudah, terima kasih buat bantuan loe. Kelak kalau gua ada duit. Gua akan balikin duit ini.. sekali lagi, terimakasih”
“ sama-sama eva..”
Selang beberapa hari, eva sempat sms dan memberi kabar ke gua kalau nyokapnya sukses dengan operasi dia. Kita jadi rutin saling sms dan telepon hingga akhirnya dia ngundang gua ke rumah dia untuk bertemu nyokap dia. Gua menerima tawaran dia sekaligus ingin tau apakah benar kalau nyokap dia habis dioperasi. Ketika gua sampai kerumah, nyokapnya berlinang air mata ngucapin terima kasih, gua bersyukur ternyata eva jujur apa adanya. Dan yang paling gua senang, dia bilang ke gua, kalau dia lagi cari kerjaan buat hidup sebagai orang bersih.
Saat itu, tanpa sepengetahuan eva. Bokap tirinya tiba-tiba minjem duit ke gua, dia bilang buat bayar utang. Karena gua gak enak nolak, akhirnya gua kasih duit ke bokapnya tanpa sepentahuan eva. Gua juga sering bantuin ngaterin eva untuk cari kerjaan yang baik. Sampai akhinya dia dapat kerjaan sementara. Selama ini, keluarga dia gak tau kalau eva kerja sebagai pelacur, eva berusaha nutupi dan akhirnya lembaran gelap itu terkubur dengan sendirinya.
Tanpa kita sadari, gua dan eva samakin dekat. Setelah pendekatan itu, akhirnya kita menjadi sepasang kekasih. Mungkin cinta itu memang buta ya, baru kali ini gua merasakan cinta yang begitu dalam dari seorang perempuan di usia gua yang masih muda. Ketika dulu gua punya cinta monyet. Gua gak pernah ngerasa sebahagia ini selain bersama eva.  Walaupun dia punya masa lalu kelam, cinta berhasil membuat gua menghapus semua pandangan buruk itu. Seminggu setelah jadian, dengang uang jajan yang gua kumpulin, gua membeli cincin yang sama untuk kita pakai sebagai lambang cinta. Buat eva mungkin ini aneh, tapi dia sadar, gua masih berondong dan pasti gaya pacarannya juga kayak sinetron di tv jadi dia maklumin.
Tapi sepanjang waktu kami pacaran, gua merasa eva semakin hari semakin kurus dan tubuhnya jadi lemes gitu, ketika gua Tanya ke dia, dia Cuma bilang kalau dia mungkin kecapean. Tapi sebenarnya ada hal yang gua takutkan dengan kondisi dia. Gua masih ingat, untuk memastikan kalau eva ga bohong pas bilang butuh duit, gua sempat kembali ke tempat pelacuran dia kerja, dan iseng-iseng gua ngobrol sama cewek disana tentang dia.
“ loe siapanya eva?”
“ temen aja mbak, kalau boleh tau, dia kan cantik, kok bisa ga ada pelanggan sih?”
“ nasib mas, eva kena penyakit sifilis( penyakit kelamin). Kayaknya banyak pelanggan yang uda tau dia itu kena penyakit gituan, makanya ga ada yang mau sama dia! Disini kan pesaingan ketat, ada yang bocorin gitu, makanya kasihan dia..”
“ kenapa ga berobat aja dia..?”
“ maunya sih gitu! Tapi nyokapnya kan sakit, jadi dia mati-matian cari duit buat nyokap dia dulu, baru nanti mikirin sembuhin penyakit dia.. “
“ kasihan ya..”
“ iya mas, susah hidup sekarang. Saya yang dulu anterin dia ke dokter aja jadi sedih kalau bayangin hidup dia..”
Dari apa yang teman dia bilang, gua jadi yakin kalau eva jadi kurus ini pasti karena penyakit dia dulu. Walau dia ga pernah mau cerita ke gua, mungkin karena dia takut. Kalau dia penyakitan maka gua akan ninggalin dia. Padahal gua gak pernah peduli dengan sakitnya dia. Sakit eva makin buruk sampai akhirnya dia ga kerja. Gua akhirnya nyamperin ke rumah, dan dia ga bisa bangun karena tiba-tiba tubuhnya jadi kayak lumpuh gitu.
Saat itu juga gua putuskan untuk bawa dia ke rumah sakit, dia sempat menolak.
“ Rasya, rumah sakit itu mahal, orang miskin kayak gua kalau sakit itu ga ada keadilan, jadi biarin aja gua minum obat biasa, nanti juga sembuh”
“ loe itu uda gak bisa bangun. Gak usah pikirin duit. Gua ada tabungan, yang penting sekarang kita ke rumah sakit.”
Dengan penuh kesedihan, akhirnya eva gak bisa nolak kemauan gua. Gua menggendong dia sampai ke rumah sakit, dia dirawat dan dokter mengatakan ke gua dengan berat hati kalau eva sudah kenapa sifilis akut dan seluruh tubuhnya uda terkontiminasi sama sel-sel neurosifilis yang kemungkinan sembuhnya kecil. Dengan penuh air mata gua memohon kepada dokter untuk sembuhin dia. Gua dan nyokap serta adiknya saling bergantian jaga dia. Saat itu lagi ujian akhir kelulusan sekolah, gua harus bertahan dalam dua hal. Konsetrasi ke ujian dan konsetrasi ke eva.
Mungkin kedua cobaan itu berat tapi akhirnya gua berhasil mengerjakan semua ujian yang datang silih berganti bersamaan dengan waktu gua menjaga eva. Eva semakin kritis. Dia gak banyak bicara lagi seperti sebelumnya. Sepertinya dia tau, hidup dia tidak akan lama lagi.  Dia nyerahin sebuah diary ke gua. Dimana disana dia bilang hanya boleh dibaca setelah tiba saatnya nanti.
“ jangan dibuka ya sampai nanti kalau gua uda ga bisa bangun lagi..”
“ kok loe ngomong gitu..”
“ Sya, mungkin.. selama ini gua gak pernah jujur tentang panyakit gua, tapi gua Cuma ga mau kalau loe tau gua punya penyakit ini, loe ninggalin gua. Ternyata gua salah, loe benar-benar hadiah paling indah dalam hidup ini yang dikasih Tuhan buat gua. Gua pikir.. Tuhan gak akan pernah ngasih kebahagiaan buat gua karena memang gua ga pantes. Ternyata gua salah, Tuhan itu adil. Dan keadilan itu dia tunjukkan lewat loe..”
“ jangan ngomong gitu eva.. gua yang harusnya bersyukur punya pacar seperti loe dalam hidup gua, loe benar-benar anugrah..loe harus kuat ya, kita sama-sama berjuang untuk kebahagiaan kita..”
Eva hanya menangis mendengar gua bicara begitu. Gua pun menangis. Entah mengapa, gua seperti merasa ini adalah ujung dari akhir kisah kami.
“ sya, gua mau minta tolong satu hal lagi sama loe. .boleh?”
“ ngomong aja eva, kita kan pacaran, terbuka aja..”
“ gua gak punya apa-apa untuk ngasih loe sebagai balasan atas kebaikan loe, tapi gua Cuma punya ini.. bisa loe ambil kalung ini dari leher gua, soalnya.. tangan gua uda gak bisa bergerak lagi..”
“ kenapa bicara begitu.?”
“plz.. ambill” dengan berat hati gua melepas kalung itu dan mengambilnya.
“ disimpan ya.. sama buku harian yang gua tulis itu..”
“ iya eva.. tadi kamu bilang mau minta tolong, kenapa gak dilanjutkan?”
“ kalau gua mati, tolong jangan kubur gua di sini, gua mau dikubur di tanah kelahiran gua.. bisa..”
Mendengar kalimat itu dari mulut dia. Hati gua hancur. Gua gak tau harus bagaiman mengungkapkan kata-kata yang pantas untuk membuat gua bangkit dan percaya kalau dia akan sembuh. Gua hanya bisa menangis dan mengiyakan permintaan dia. Karena ada ujian lagi di besok. Gua pamitan sama dia. Gua mencium kening dia dan dengan berat hati saat itulah gua merasa ini terakhir kalianya gua akan melihat dia.
Dengan penuh tangis, gua pulang dan berharap Tuhan sekali lagi memberikan keadilan untuk hidup dia. Besoknya gua ujian terakhir dan ketika gua ingin jenguk dia, gua melihat sudah banyak orang di kamar dia di rawat. Semua menangis dan disitulah gua tau, eva telah pergi untuk selamanya. Gua hanya bisa tertunduk lesuh dan menangis dalam hati. Berat rasanya harus melepas kebahagiaan sesaat yang ada dalam hidup gua. Permintaan terakhirnya untuk di makamkan di tanah kelahirannya gua lakukan sebagai tanda cinta terindah dalam hidup gua untuk dia.
Kini, gua menyadari bahwa. Hidup itu sesungguhnya tidak pernah memihak kepada siapapun di dunia ini. tapi hidup itu membuat kita hanya bisa memihak kepada satu hal, bertahan untuk hidup dengan segala cara apapun. Eva mungkin telah berjuang hidup dengan ketidakberpihakan hidup tapi ia berhasil membuktikan kepada gua kalau disaat akhir hidupnya, dia benar-benar merasakan keadilan hidup sesungguhnya. Dengan cinta dan kasih sayang murni tanpa air mata penderitaan. dia mampu mengubah dirinya yang dulu adalah makluk hina menjadi seorang bidadari , walaupun itu hanya di hati gua, tapi gua percaya kelak semua orang akan setuju dengan apa yang gua bilang kalau dia adalah bidadari terakhir yang hidup di dunia ini
Saat hanya bisa mengenangnya , hanya buku harian ini yang tersimpan dan membuat hati gua merasa mungkin jalan terbaik dalam hidup kita adalah seperti saat ini. 30-april 2010, itulah hari paling memilukan dalamn hidup gua dimana saat itulah gua memiliki kesempatan untuk membaca
tulisan terakhir eva untuk gua..
To : My Lovely …..

Dear,makasih kamu udah mau jadi pendamping aku
selama ini…makasih juga udah mau jadi malaikat
penyelamat untuk ibu aku…
Andaikan kamu tau aku punya penyakit gini,
aku yakin kamu pasti kecewa trus tinggalin
aku,yakin banget
makanya aku ngerahasiain
ini semua…maaf ya?
Dear,Kamu Laki-laki paling baik yang pernah aku temuin
,kamu mau terima aku apa adanya..
Aku perempuan kotor,miskin,keluarga semrawut,
tapi kamu tetep mau deket ma aku

Dear,andaikan aku udah gak hidup lagi di dunia
ini,kamu jangan sedih ya ? masih banyak perempuan
yang lebih baik dari aku..kamu orang baik,harus
punya pendamping yang baik juga :’)
Inget,jangan lagi datang-datang ke tempat kotor
gitu.setebal apapun iman kamu,pasti bisa
runtuh ama yang namanya perempuan.
Dear,walau dunia kita udah beda,aku tetep ada di
hati kamu kan?janji?aku akan slalu disamping
kamu,aku akan jaga kamu…….Maaf andai
slama ini aku&keluarga udah nyusahin kamu :*
Goodbye…….


Semoga kamu bahagia disana eva, aku selalu ada untuk kamu walau kita telah berbeda dalam dunia ini. dan percayalah loe adalah bidadari terakhir dalam hidup gua,

tamat

Kekasihku Daniel-Arti Kebaikan Sesungguhnya dalam Hidup


Saat Terindah Dalam Hidupku Adalah Bersamamu, Saat Tersedih Dalam Hidupku Adalah Kehilanganmu” Agnes Davonar, penulis.
Namanya Daniel, cowok yang baru berusia 24 tahun. Wajahnya.. kata orang sih gak ganteng, ngak pinter dan juga ngak atletis. Sampai detik ini, temen-temen masih mikir? Kok bisa ya dia jadi pacar gua? Padahal sumpah mati mereka tau, gua gak pernah berharap punya pacar kayak dia. Banyak yang bilang kalau wajah gua yang lumayan cantik bila jalan sama dia? Bakal seperti antara majikan dan pembantu.
Mungkin awalnya demikian, tapi dari seorang Daniel. Gua belajar banyak tentang bagaimana menghargai seorang laki-laki, bagaimana memperlakukan laki-laki dan terakhir bagaimana  mengerti arti cinta itu sesungguhnya.
Suatu hari, gua lagi asyik online. Teman-teman gua, semua uda pada mulai eksis di dunia facebook. Rasanya kalau gua gak gabung, bisa jadi gua dianggap gadis kampung. Padahal orang kampung pun uda pakai facebook. Lupakan sejenak kisah stupid itu, yang pasti dari facebook. Gua bisa kontak-kontakan lagi sama teman-temen gua dari jaman pipis di celana sampai sekarang ngerti kalau umur gua uda cukup tua sebagai cewek, 23 tahun.
Nah, karena baru aja putus cinta. Rasanya gua alergi banget sama foto-foto mantan gua yang nangkring di facebook gua, jadi tugas gua malam itu adalah menghapus semua foto-foto mantan gua. Tapi semakin gua perhatikan foto-foto kenang-kenangan kita, kok rasanya gua jadi sedih sendiri ya. Sampai tanpa sadar gua jadi nangis, padahal yang minta putus juga gua, hal kecil sih, gara-gara dia mau sekolah di luar dan gua gak setuju. Apa daya, bokapnya jenderal dan dia ajudan. Pisah deh hubungan kita,
Saat gua menangis, chat online di Facebook nyala, seseorang muncul dan berkata memperhatikan gua sedang menghapus semua foto-foto gua. Dia bilang
“ Lagi putus cinta ya? “ Kata dia.
Awalnya gua mau cuekin, tapi kayaknya bakal menarik juga ya kalau gua marah-marah dan maki-maki orang ini, soalnya gua perhatiin, kita gak kenal sama sekali.
“ Sok tau loe?” kata gua,
“ Ya tau dong, kan gua juga lagi putus cinta, senasib deh..”
Kalimat dia yang bikin gua langsung nyegir. Penasaran sekaligus merasa senasib. Singkat kata, walaupun gua ga kenal dia, akhirnya kita malah jadi curhat-curhatan. Gua jadi tau juga, kalau dia putus sama pacarnya karena gak cocok setelah 5 tahun pacaran. Dalam hati gua berkata, kalau 5 tahun segitu lamanya dibilang kagak cocok, jadi selama 5 tahun itu ngapain ya?.
Akhirnya kita gak bicara lagi setelah malam itu, tapi dia sempat mengatakan nama dia ke gua.
“ Gua Daniel, thanks uda mau temenin gua ngobrol malam ini?”
Gua hanya senyum-senyum manggut, setau gua, harusnya gua yang curhat, kok malah jadi dia. Ya sudahlah, setidaknya dia uda bikin malam ini berwarna. Kita pun pisah, tanpa bicara dan gua sempat mengenalkan diri gua dengan bilang, “ Panggil gua Angel aja, kalau perlu blackAngel.”
“ Kenapa harus BlackAngel, kenapa ga WhiteAngel”
Gua terdiam dan offline dari facebook gua. Bukan urusan dia kalau gua mau jadi white or black, yang pasti hari itu menjadi hari perkenalan kita.
***
2 bulan kemudian.
Sahabat gua Agnes, tiba-tiba nikah. Dia ngundang gua datang ke kawinan dia. Gua tau, tentunya tau banget rasanya ke undangan seorang diri. pasti di bilang kagak laku atau parahnya perawan tua. Kalau bukan karena Agnes ini teman baik gua waktu jaman smp, pasti gua gak mau datang. Dengan terpaksa gua ajak adik gua, Teddy. Walaupun dia itu masih kecil, setidaknya orang-orang bakal kepikiran dia pacar gua kalau ga kenal. Cara yang jitu untuk membuat gua lepas dari julukan jomblo.
Seperti yang gua duga, undangan bakal dipenuhi temen-temen gak jelas. Akhirnya gua hanya bisa mojok sambil menikmati jus jeruk, karena udangan berdiri, gua harus rebutan sama banyak orang. Nah, saat gua uda menemukan satu bangku, gua mau lompat, eh tiba-tiba nenek-nenek tua nyerobot gitu aja. Jus di tangan gua jatuh dan tanpa sengaja kena sama cowok yang lagi duduk disampingnya. Omg.. gua jadi parno sendiri ngelihat tuh cowok kemeja putihnya jadi berwarna belang.
“ Sorry..” kata gua dan cowok itu natap gua dengan perasaan kesal tentunya.
“ Gapapa..” kata dia bangkit dari kursi dan pergi keluar ruangan, banyak yang lihatin gua, akhirnya gua terpaksa keluar dari ruangan pernikahan itu daripada dilihatin banyak orang.
Saat gua keluar, cowok yang tadi ketimpa jus gua, sedang bersih-bersih dengan tissue. Gua memperhatikan dan mendekat ke dia.
“ Sorry ya sekali lagi, tadi ga sengaja banget.”
“ Gapapa, tapi kok loe ga asing ya buat gua?” kata cowok itu.
“ Masa sih, maybe gua mukanya pasaran kali ya..”
“ Oh, gua inget. Loe temen facebook gua.. Angel ya namanya?” kata dia dan gua berpikir bisa jadi juga soalnya kan facebook itu sesuai tujuannya, menghubungan anda dengan semua orang.
“ iya benar, emang nama loe siapa?”
“ Gua Daniel, dulu kita sempat chat. Tapi uda lama banget..” kata dia dan gua pura-pura senyum and merasa inget..
“ Mungkin ya,. “
Dia pun menjelaskan kalau Agnes ini masih ada hubungan teman sama dia, akhirnya lupa deh kejadian jus jeruk tumpah itu. Sebenarnya sih, gua ga ada minat sama sekali ketika melihat wajah dia. Gak ganteng dan gak menarik, Cuma menang tinggi dan putih aja. Level gua terlalu tinggi dalam menilai pria, kita bicara banyak tapi ala kadarnya, beruntunglah adik gua muncul dan akhirnya hendak membawa gua pergi. Gua pun pamitan, tiba-tiba dia nanya.
“ Angel, boleh minta nomor telepon ga?”
“ Heh..” mulut gua terkunci, rasanya gak mau kasih, tapi melihat perlakuan gua sama baju dia, akhirnya gua pun kasih.
Dia tersenyum. Dan akhirnya pesta berakhir dan kita pun berakhir, ini gua sebut. Takdir kedua kita , setelah facebook online dulu.
***
Benar kata nenek gua, yang namanya jodoh, gak akan lari kemana-kemana. Gua kembali ditakdirkan ketemu sama si Daniel. Dia emang ga pernah nelepon atau sms gua setelah gua kasih nomor telepon gua. Tapi kita kembali ketemu saat tiba-tiba motor bebek gua mogok di jalan. Astaga, neh motor pas bawa dari rumah masih ok-ok aja. Kok tiba-tiba mati dijalan. Padahal tujuan gua naik motor ini Cuma mau beli makanan anjing gua di depan rumah. Gua bengong di jalan, tiba-tiba, si Daniel itu muncul. begonya lagi sampai detik itu gua ga lupa nama dia.
Entah bagaimana dia muncul, tapi motor gua beres saat itu juga. Saat gua Tanya kenapa bisa ada disini, dia bilang, dia mau ke rumah temen buat main futsal di deket Puri. Takdir yang aneh, walaupun dia sudah menolong motor gua yang ternyata businya lepas saat gua rem. Gua ga bilang terima kasih, tapi pergi gitu aja. Saat di depan toko anjing, gua baru merasa salah, harusnya gua bilang thks or apa gitu. Akhirnya gua berjanji dalam hati gua, kalau dia muncul lagi dalam hidup gua, gua bakal bilang terima kasih.
Sepertinya Tuhan emang uda mengatur semuanya, sekali lagi kita ketemu. Tapi kali ini, dalam keadaan berbeda. Saat itu, foto dia muncul di halaman depan facebook gua, foto dimana dia disitu lagi pakai baju kemeja dan terlihat lebih keren dari sebelumnya yang hanya pakai kaos oblong. Gua pun mengirimkan pesan di wall dia, dan berkata.
“ thks buat waktu itu di jalan, lupa bilang thksnya..” kata gua dan beberapa menit kemudian dia balas.
“ Sama-sama, sering-sering aja ya.. “ maksud dia ini ngeledekin gua supaya sering-sering mogok gitu apa gimana? Gua kaga ngerti. Tapi semua wall-wall di facebook kita berlanjut dengan kesapakatan kalau gua bakal traktir dia.
Kita janjian dan akhirnya untuk pertama kali dia nelepon gua. Gua bilang, gua akan ngajak dia makan di pizza hut puri. Kebetulan ada harga diskon buat berdua, hahaha, jangan pikir gua ini pelit ya, tapi emang lagi pengen aja. Kita janjian malam itu. Dia datang, dan kita bicara panjang lebar. Mengenal Daniel lebih dalam tentang siapa dia, yang pasti dia ini ternyata tinggal di daerah yang gak jauh dari tempat gua. Anaknya menarik,sopan dan yang pasti lugu sekali. Gua bukan cewek yang bodoh dalam menilai, tapi gua yakin banget,. Daniel itu terlalu polos sebagai cowok, apalagi ditambah dengan kalimat dia tentang kisah cinta dia yang berujung kalau dia di selingkuhi sama pacar dia,.
Saat-saat asyik lagi ngobrol. Tiba-tiba mantan gua muncul bersama gadis lain. Gua bingung, katanya dia mau kuliah di China. Lah kok tiba-tiba malah gandeng cewek. Gua memperhatikan dia berjalan, akhirnya dia sadar gua ada disana. Gua bangkit dan mendekatin dia.
“ Katanya loe ke China? Kok malah asyik pacaran?” kata gua emosi. Mantan gua sepertinya lebih berani membalas emosi gua dengan kalimat yang lebih menyakitkan.
“ Mau gua ke China atau Asyik pacaran? Ini kan bukan urusan loe? Loe kan bukan siapa-siapa gua?” mendengar kalimat itu gua langsung sakit di hati.
“ Maksud loe apa sih?” kata gua.
“ Eh, Angel, uda cukup ya loe mengontrol hidup gua, gua uda muak selama ini sama hubungan kita, loe pikir loe ini kecantikan hingga bisa suruh-suruh gua seenak hati loe. Gua senang akhirnya kita putus walau dengan alasan ke China. Karena gua sudah bosen lihat tingkah loe yang sok otoritir”
Mendengar kalimat itu, tangan gua spontan menampar dia. Rasanya sakit sekali mendengar orang yang pernah gua cintai bicara demikian. Daniel bangkit, menarik gua perlahan. Mengajak gua duduk. Gua ingin menangis, tapi gua menahan semuanya.
“ Gua mau pulang “ ucap gua langsung berjalan meninggalkan tempat makan, Daniel mengikuti gua sampai ke tempat parkir.
“ Angel.. “ teriak Daniel dan melihat dia,. Gua langsung menangis. Menangis karena harga diri gua sebagai perempuan telah hancur oleh hinaan mantan gua. Dia memeluk gua. Dan kalimatnya yang indah membuat gua tersadar untuk berhenti menangis.
“ Angel, jangan menangis untuk orang yang menyakiti loe, tapi menangis untuk kebahagiaan loe karena akhirnya loe tau siapa pria itu..”
Daniel benar, gua gak boleh menangis karena orang stupid itu, harusnya menangis karena bahagia akhirnya gua tau cinta dia itu palsu.
***
Daniel seperti obat bagi kehidupan gua setelah makan siang berantakan itu, gua banyak menghabiskan waktu sama dia. Tapi gua gak pernah menganggap dia sebagai apapun selain teman. Lucunya, dia seperti banyak waktu untuk orang seperti gua, dia rela belajar main tenis untuk bisa main sama gua. Dia rela ke salon bareng gua sekedar creambath, padahal rambutnya kan pendek. Tapi semua dia lakukan untuk apa, gua masih bertanya-tanya dalam hati. Yang pasti hal itu biar menjadi rahasia dia.
Tapi gua sempat menunjukan kalimat yang mungkin menurut gua sangat keterlaluan. Suatu ketika. Didepan sahabat-sahabat gua. Seorang teman bertanya sama gua.
“ Angel loe jadian ya sama Daniel?”
“ Heh, ga salah loe? Mana mungkin, Daniel itu kan bukan tipe gua, ga level lah ya..” gua mungkin hanya ingin bercanda saat itu, tapi saat itu Daniel muncul. gua terdiam. Dia hanya tersenyum. Gua yakin dia mendengar kalimat itu, dan waktu berjalan gua melupakan semua kalimat jahat gua itu sama dia.
Daniel memang pria yang sangat baik, dia tidak pernah merasa sedih dengan kalimat-kalimat gua. Dia tetap selalu setia ada dalam hidup gua. Dia rela menjaga anjing gua di rumah saat gua pergi keluar kota sama keluarga. Padahal gua tau dia alergi sama bulu anjing. Jadi kalau pas gua jemput anjing gua, muka dia merah-merah gitu. Pas gua Tanya, dia bilang cuma salah makan padahal akhirnya gua tau, dia itu alergi bulu anjing.
Entah apa yang dipikiran Daniel. Mengapa dia sangat baik sama gua. Lama-kelamaan gua jadi mempertanyakan kebaikan dia. Di suatu malam, entah karena gua lagi bad mood karena habis rebut sama nyokap. Gua langsung mempertanyakan semua yang ingin gua tau.
“ Kenapa sih, loe ini ini baik sama gua?” Tanya gua.
“ Gua baik sama siapapun kok, buat apa jahat sama orang?” jelas dia ngambang.
“ Tolong jujur, loe ini suka gua apa nggak, dan kebaikan loe ini ada maksud untuk merebut hati gua apa gimana?”
Daniel terdiam menatap wajah gua hampa dan berkata.
“ Angel, gua mungkin suka sama loe, tapi rasa suka gua? tidak akan sebesar keinginan gua untuk berharap menjadi kekasih loe, menjadi sahabat loe saja sudah cukup bagi hidup gua. Ngerti..”
“ Tapi gua ga mau dibaikin sama loe, gua gak mau loe salah paham. Gua Cuma ingin loe tau, kebaikan loe itu bikin gua merasa bingung, karena gua sama sekali gak kepikiran loe jadi pacar gua.”
“ Ya, gua tau kok. Gua pun ga kepikiran sama kesana. Tenang aja..”
Tapi gua tetap ragu dengan jawaban dia, sejak saat itu gua putusan untuk gak mau ketemu dia. Gua juga merasa risih dengan gosip dari semua orang kalau kita adalah kekasih. Sebagai cewek, rasanyaDaniel tidak pantas untuk gua. Itu lah kesombongan yang selalu gua pertahankan. Sejak saat itu, gua selalu menghindari Daniel. Ga angkat telepon dia, sampai lebih buruknya menghapus dia dari facebook gua. Gua tau, dia sering mencari gua, sering kirim pesan ke facebook gua, mempertanyakan mengapa gua harus menghindar dan membenci dia secara tiba-tiba. Tapi gensi yang tinggi untuk menjawab akhirnya membuat gua melupakan dia tanpa ampun. Gua bilang lewat pesan facebook.
“ Jangan pernah muncul dalam hidup gua, kalau emang loe anggap gua teman, kalau loe muncul itu hanya bikin gua stress.” Ya, kalimat gua yang kasar untuk seorang Daniel yang tanpa salah.
3 bulan kemudian.
Adik gua Teddy, mengalami sebuah kecelakaan motor. Kakinya patah dan lebih buruknya lagi nyawanya terancam karena dia kehilangan darah yang sangat banyak. Golongan darah adik gua termasuk langkah, berjenis 0, sedangkan stock rumah sakit kosong, akhirnya gua terpaksa meminta tolong sama teman-teman. Celakanya mereka semua gak ada yang punya jenis golongan darah itu. Dokter bilang, dalam waktu 24 jam, stock darah harus ada. Gua cemas. Gua gak mau kehilangan adik gua, setelah kehilangan bokap gua karena meninggal.
Gua terus berdoa dan menulis status gua di facebook tentang kebutuhan darah 0 untuk adik gua. Karena terlalu stress akhirnya gua malah ketiduran dan pasrah. Tiba-tiba saat gua terlelap, suster bilang ke gua. Adik gua sudah mendapatkan donor. Gua begitu bahagia. Darah yang paling sulit itu akhirnya ditemukan. Gua ga terlalu mikir siapa yang mendonorkan darah itu karena lebih mementingkan adik gua selamat dulu karena akan operasi. Tuhan memberkati adik gua, dia selamat dan akhirnya lolos dari masa kritis.
Saat gua lagi santai, suster yang tadi kasih info donor tanpa sengaja bertemu. Gua pun bertanya, siapa donor yang berbaik hati, gua ingin mengucapkan terima kasih. Suster itu bilang.
“ Dia cowok, umurnya 24, tinggi, putih, tapi dia menolak untuk disebutkan namanya. Abis donor langsung pergi gitu aja, uda saya suruh istirahat dulu, tapi gak mau, katanya ada keperluan, padahal darahnya banyak loh yang diambil.”
Ya siapapun dia, gua berterima kasih. Saat gua sudah mulai tenang. Dan adik gua sudah bisa bicara. Seorang sahabat menelepon gua. Dan berkata hal yang sangat mengejutkan.
“ Angel. Daniel kecelakaan mobil. Dia kritis di rumah sakit pik.”
“ Kok bisa?” Tanya gua dalam hati.
“ Loe mau jenguk gak?”
Bodohnya lagi, saat itu gua putuskan untuk tidak menjenguk. Gua masih merasa malu untuk bertemu dia walaupun temen gua bilang dia kritis. Gua heran, sebenarnya gua ini makluk ciptaan tuhan yang gimana sih? Kok gua tiba-tiba gak punya hati untuk seorang yang baik seperti Daniel walau dia sedang kritis.
Seminggu kemudian, gua mendapatkan kabar kalau Daniel dipindahkan ke rumah sakit Singapura untuk perawatan yang lebih baik. Gua masih gak bergeming. Lama-lama gua jad penasaran juga dengan kondisi Daniel. Sampai akhirnya, gua mencuri-curi waktu dengan melihat facebook dia. Sebuah wall dari sahabatnya membuatnya gua sangat terpukul. Tulisan yang membuat gua merasa menjadi gadis yang sangat berdosa. Status terakhir Daniel yang terbaca setelah beberapa hari sebelum kejadian dia kecelakaan,
“ Daniel, adik Angel masuk rumah sakit, dia butuh golongan darah 0. Loe bukannya golongan darah 0. “
“ Iya, gua tau,, gua lagi otw kesana..”
gua jadi teringat kalimat suster tentang sosok Daniel. Dan gua akhirnya paham, mengapa dia gak mau sebutin nama dia saat mendonor, orang semulia ini yang rela menolong tanpa pambrih telah gua lewatkan dalam hidup gua. Gua sangat menyesal. Dengan segara cara gua mencari tau keberadaan Daniel. Gua mencoba telepon dan sms tapi telepn dia ga aktif. Sampai akhirnya gua menyerah. Gua hanya bisa berdoa dia lekas sembuh sehingga gua bisa ketemu dia
tapi rasanya semua itu hanya jadi mimpi. Karena sahabat gua berkata dan membuat tubuh gua lemas.
“ Daniel uda disisi tuhan”
Hati gua hancur. Retak dan sangat menyesal. Bahkan gua gak sempat mengucapkan terima kasih atas kebaikan dan ketulusan dia disisi gua. Kalau saja gua bisa menarik waktu dan mengubah segalanya, gua akan meminta maaf dan menyadari betapa dia sangat berharga lebih dari arti seorang kekasih.
Dia adalah seorang sahabat yang telah mengajarkan gua tentang arti cinta kasih, tentang sebuah pengorbanan dan kehidupan.
Daniel, mungkin loe gak akan pernah jadi kekasih gua. Tapi loe akan menjadi bagian dalam hidup gua. Dan biarkan gua meminta izin untuk mengatakan kepada dunia kalau loe adalah kekasih gua, walau terlambat.
Semoga kisah ini menjadi kisah yang memberikan arti bagi kalian untuk mengerti kebaikan diatas segalanya.
foto : koleksi pribadi by gettyimage


kini gua berpandapat. berkenalan dengan orang tidak harus dengan fisik yang indah ataupun mulut yang manis. tapi kejujuran dan kebaikan seseorang hanya bisa kita ngerti saat orang itu pergi.

Kamis, 24 November 2011

Ayah mengapa aku berbeda? serentak 17 november 2011 seluruh Indonesia


Bila semua teman-temanku bernyanyi, aku hanya bisa terdiam. Aku tidak pernah tau harus bagaimana mengatakan pada dunia bertapa aku sangat ingin seperti mereka, bisa mendengar dan bernyanyi layaknya kehidupan normal.
Sayangnya aku terlahir dengan keadaan tuli, lebih sadisnya terkadang mereka orang-orang yang tidak pernah mengerti perasaanku berkata kalau aku “ BUDEK” dan itu dituliskan di kertas untukkku tepat di meja belajarku di kelas.
Tapi aku tidak pernah merasa ingin membalas semuanya, karena aku sadar inilah hidupku dan inilah takdirku.
Dulu semasa kecil mungkin aku tidak pernah merasa beban ini begitu besar dalam hidupku, ketika menyadari aku beranjak remaja dan melihat aku berbeda diantara sahabat-sahabatku. Di depan mading sekolahku tertulis sebuah pengumuman pembentukan tim musik sekolah, aku ingin ikut dalam tim itu tapi sayangnya aku hanya bisa meratapi nasibku. Aku pun pulang untuk bertemu dengan ayah, aku terduduk dengan wajah penuh kesedihan,
Dalam duniaku, hanya ayah yang bisa mengerti apa yang aku katakan. Walaupun itu harus dengan bahasa tangan yang ia pelajari dengan susah payah.
Aku mengetuk pintu untuk memberi tanda aku ada di kamar untuk bicara dengan ayah, ia melihatku dan melempar senyum.
“ Angel, ayo masuk. Silakan duduk disini nak, ada apa? Bagaimana pelajaran kelas kamu hari ini?”
Aku tertunduk, lalu ayah mulai bisa membaca wajahku.
“ Apa yang terjadi nak, ceritakan pada ayah?”
“ Ayah mengapa aku berbeda dari teman-temanku?”
“ Dalam hal?” tanya ayah padaku,
Aku menangis dan usiaku saat itu hanya 12 tahun dan duduk di sekolah menengah pertama.
“ Aku tidak bisa bernyanyi, tidak bisa mendengar.. Mengapa ayah?”
Ayah melihatku sambil tersenyum,
“ Apakah kamu merasa bersedih karena itu?”
“ Ya, aku sangat bersedih.. Aku ingin seperti mereka.. Bisa bernyanyi dan mendengarkan indahnya musik..”
“ Mengapa kamu ingin menjadi seperti mereka?”
“ Karena aku ingin menjadi tim musik sekolah, aku ingin ayah..”
“ Kalau begitu lakukan..”
Aku terdiam tidak bisa membalas pertanyaan ayah kemudian ia bangkit dan mengajakku ke ruangan gudang di belakang rumahku, ia mulai membersihkan debu-debu di sebuah meja panjang yang tadinya kupikir adalah meja makan. Ternyata itu adalah piano klasik. Aku memperhatikanya dengan heran,
“ Ini adalah peninggalan ibumu sebelum ia meninggal setelah melahirkan kamu, ayah sudah tidak pernah mendengarkannya sejak kamu terlahir..”
“ Lalu..?” tanyaku.
“ kamu mungkin terlahir tanpa bisa mendengar dan bernyanyi. Tapi kamu terlahir dari rahim seorang ibu yang berjuang agar kamu ada di dunia ini dan ayah percaya, Tuhan memberikan kamu dalam kehidupan karena kamu memang layak untuk itu.”
“ Tapi aku cacat, tidak normal dan tidak akan pernah bisa mendengar musik? Bagaimana caranya aku bisa seperti teman-temanku.”
“ Sayang kamu memang tidak bisa mendengarkan musik, tapi kamu bisa memainkan musik?”
“ Bagaimana caranya?”
“ Ayah ada disini untuk kamu dan percayalah, musik itu akan terasa indah bila kamu merasakannya dari hati kamu. “
“ Walaupun aku tidak bisa mendengar..”
Ayah duduk dikursi dan menyuruhku memperhatikannya bermain piano, Ia menutup matanya lalu memainkan arunan toth piano itu.
“ Anakku, rasakanlah musik itu dalam hati dan kamu akan tau bertapa Tuhan sangat mencintai siapapun makluk yang ia ciptakan. Walaupun kamu terlahir dengan keadaan cacat dan tidak bisa mendengarkan suara musik itu dari telinga kamu.. Kamu bisa dengarkan lewatkan hati kamu..”
Ayah mengajakku untuk menyentuh setiap toth piano dan kami bermain bersama, aku memang tidak bisa merasakan apa suara music itu tapi aku bisa merasakan nada dari jari yang ketekan dan itu membuatku bersemangat untuk berlatih piano klasik, aku tau ibuku adalah seorang pemain piano sebelum ia meninggal saat melahirkanku. Aku pun berjuang untuk bermain musik dan perlahan aku mampu membuat sedikit alunan music yang indah. Semua itu kurasakan dalam hatiku, semua itu kurasakan dalam jiwaku.
Beberapa minggu kemudian, aku mulai berani mendaftar dalam tim musik sekolahku dan guruku menerimaku walaupun ia tau aku cacat tapi setelah aku mainkan piano dan ia terkesan. Aku tau semua orang melihatku dengan aneh, seorang teman bernama Agnes datang padaku.
“ Hai orang cacat, apa yang bisa kamu lakukan dengan telingamu yang tertutup kotoran?”
Yang lain tertawa dan menambah kalimat yang melukai hatiku,
“ Dia mungkin mau jadi badut diantara tim kita, biarkan saja..”
Ejekan itu berakhir saat guruku datang, mereka semua kembali ke posisi mereka masing dalam alat music yang mereka kuasai. Ibu guru pembimbing kelas musik bersikap hangat padaku, ia memperkenalkanku pada semuanya.
“ Anak-anak mulai hari ini Angel akan bergabung dalam tim kita, semoga kalian bisa berkerja sama dengan Angel ya..”
“ Ibu apa yang bisa lakukan untuk tim kita, dia kan budek?” ejek Agnes.
“ Agnes!! ibu tidak pernah mengajarkan kamu untuk menghina orang lain, jaga sikap kamu. Walaupun Angel cacat secara fisik ia juga memiliki perasaan, tolong kendalikan kata-kata kamu.”
Aku senang ibu membelaku tapi itu malah membuat semua membenciku, ibu mempersilakan aku memainkan piano, dengan gugup aku bisa bermain dengan baik. Tidak ada satupun tepuk tangan dari teman-temanku, hanya ibu guru seorang. Ketika kelas bubar aku mendekat pada ibu guru, aku menuliskan apa yang ingin aku katakan kepadanya, Ia membacanya.
“ Ibu , aku mundur saja dari tim, aku tidak mungkin bisa menjadi bagian dari mereka. Karena aku ini cacat. Mereka tidak akan menerimaku?”
“ Tidak sayang, jangan berkata demikian, kamu special, kamu berbakat, mereka hanya belum terbiasa, percayalah kalau kamu sudah sering bermain dengan mereka. Kamu akan diterima dengan suka cita. Jadi ibu tidak mau mendengarkan kalimat kamu ingin mundur..”
“ Tapi bu, aku takut bila membuat semua jadi kacau.”
“ Anakku, beberapa minggu lagi, sekolah ini akan merayakan hari ulang tahunnya, ibu percaya kamulah satu-satunya orang yang layak mengisi tempat di bagian piano, karena teman kamu Rika ( pianis sebelumnya) telah mundur karena sakit cacar”
Aku pulang ke rumah dan memberi kabar kalau aku diterima dalam tim musik sekolah, ayah begitu gembira menunggu saat-saat aku akan berada dipanggung, ia terus melatih permainan pianoku. Aku tidak pernah cerita bertapa aku sangat diremehkan oleh teman-teman se-timku yang hanya menganggap aku sampah yang tidak layak disamping mereka. Mereka sering memarahi aku dengan kata-kata kasar lalu mereka menghinaku sebagai gadis caca, hal itu terus terjadi disaat kami berlatih persiapan untuk panggung sekolah . Mereka tidak pernah peduli apa yang kumainkan bila benar, mereka selalu bilang salah. Padahal aku yakin aku benar-benar memainkan musik piano ini, sedihnya saat aku bertanya dimana letak kesalahanku yang mereka jawab lebih menyakitkan.
“ Kamu ini tuli dan budek, bagaimana bisa kamu tau alunan musik yang kamu mainkan itu benar atau salah? Kamu membuat aku muak dengan sikap kamu yang sok pintar dan mencari muka di depan bu guru.” Kata Agnes padaku.
Aku menangis mendengarkan kalimat itu, aku berlari pulang ke rumah dan satu-satunya kalimat yang kudengar hanya satu. “ Pergi kamu gadis cacat, jangan pernah kembali ke tim kami, kami tidak sudi menerima kamu dalam kelompok ini.”
Aku menangis hingga di depan rumahku dan ketika aku tiba di gerbang rumahku, sebuah mobil ambulan ada didepan rumahku dan membawa ayah. Aku mengejar perawat yang membawa ayah, ayahku tampak tertidur tanpa bicara, seorang tetanggaku berkata padaku.
“ Ayahmu terkena serangan jantung, kamu ikut tante saja. Kita pergi bersama-sama ke rumah sakit.”
Aku shock dan menangis! Bagaimana hidupku tanpa ayah? Sepanjang perjalanan aku terus menitihkan air mata. Ayah tidak sadarkan diri sejak sakit jantungnya kambuh, ia memang memiliki sakit jantung sejak menikah padahal usianya masih sangat muda. tiga hari lamanya aku menemani ayah yang tidak pernah sadarkan diri. Tiga hari pula aku tidak pernah ke sekolah, bu guru bertanya pada Agnes mengapa aku tidak masuk hari ini?”
“ Mungkin Angel merasa tidak sanggup lagi bergabung dengan tim kita, dia itu bodoh bu! Selalu melakukan kesalahan dan dia pergi begitu saja saat latihan dan tidak pernah kembali hingga saat ini.”
Ibu guru mencoba pergi ke rumahku, tapi tidak ada seorang pun orang dirumahku. Aku tau beberapa hari lagi perayaaan musik di sekolahku akan dimulai. Mungkin memang sudah menjadi garis tangan hidupku, aku tidak boleh menjadi tim sekolah. Padahal aku sudah berjuang maksimal berlatih piano di rumah. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menjaga ayahku karena ia lebih penting dalam hidupku, ia satu-satunya sahabatku yang bisa mengerti keadaan ku setelah ibu meninggal dunia.
Ya Tuhan jangan ambil ayahku, doaku setiap saat kepadanya
Seminggu kemudian,
Ayah tersadar dan melihat aku disampingnya. Ia tidak bisa bicara banyak, selain bertanya mengapa aku disini, mengapa aku tidak berlatih bersama tim musik disekolahku, aku berpura-pura berkata padanya kalau mereka memberikan aku izin menjaga ayah. Ayah marah padaku, ia bilang aku harus segera latihan dan ia ingin aku tampil disana.
“ Jangan pedulikan ayah saat ini, yang penting kamu harus bisa buktikan kepada semua orang kalau kamu bisa bermain musik dan tunjukkan kepada mereka kamu gadis yang sempurna ”
Aku tau itu berat, tapi aku tidak ingin ayah bersedih mendengar penolakkan sahabatku di sekolah, ia berjanji padaku akan lekas sembuh asal aku terus bersemangat latihan musik. Akhirnya aku pun pergi ke sekolah kembali dan masuk ke kelas musik. Ibu guru menyambutku dengan baik, dan langsung memintaku berlatih. Setelah ia pergi, Agnes dan kawan-kawan mendekatiku, mereka mendorongku hingga terjatuh.
“ Kamu itu makluk Tuhan paling menjijikan, jangan membuat tim kami malu dengan kehadiran kamu di tim music kami. tidak punya malu, padahal kami sudah mengusirmu..”
Aku terdiam, seorang teman mengatakan pada Agnes,
“ Percuma dia tuli, dia ga akan mendengarkan apa yang kita bicarakan.”
Agnes marah merasa aku tidak mendengarkan semua kemarahannya, Ia bersama teman-teman mendorongku hingga keluar ruangan, aku mengetuk pintu dan ketika tanganku berusaha membuka pintu, mereka menjepit tanganku tanpa ampun, aku berteriak kesakitan dan mereka tidak peduli
“ Astaga dia bisa menjerit juga ya.. kirain dia itu bisu, bisa teriak juga hahaha “ ledek mereka.
Mereka menyiksaku dan aku tidak berdaya. Tanganku terasa mati rasa, mungkin jariku patah. Aku meminta tetanggaku untuk membalut luka ini dan ia sangat terkejut dengan keadaanku. Aku berkata padanya aku terjatuh di jalan. Tapi aku tidak akan pernah menyerah untuk menjadi tim musik kelasku. Hingga hari itu tiba, dengan luka balut tanganku aku muncul di sekolah. Sebelumnya aku mengatakan pada ayah .
“ Ayah hari ini aku akan bermain musik dihadapan semua orang, ayah harus mendengarkan ya. “
“ Anakku, ayah pasti mendengarkan. Maaf saat ini ayah sedang sakit, ini adalah hari istemewamu. Tapi ayah sudah pikirkan bagaimana caranya. Ambil telepon genggam ayah dan biarkan itu menyala saat kamu mainkan.”
“ Baik ayah.” Aku menuruti ide cermerlang ayah.
Saat aku keluar ruangan, dokter mengatakan hal kecil disamping ayah “ Jantung anda melemah, anda harus terus berpikir positif sehingga cepat sembuh”
“ Anak saya akan manggung hari ini, itu membuat saya cemas”
“ Percayalah , anak anda adalah gadis luar biasa..”
Aku menangis menuju sekolahku, Saat aku tiba di sekolah, Agnes dan kawan-kawan melihatku dengan jijik. Sepertinya mereka tidak mau aku di panggung, mereka manarik bajuku dan menamparku di belakang panggung.
“ Pergi cepat, jangan pernah ada disini, kami akan tampil tanpa kamu. Cepat pergi? Sebelum ibu guru datang”
Tidak, aku tidak akan menyerah walaupun mereka menyiksaku. Aku sudah berjanji pada ayah untuk bermain musik di acara sekolah. Karena mereka mendapatkan aku tidak menyerah, akhirnya mereka mengancam tidak akan tampil dan memaksa aku tampil seorang diri, mereka ingin membuatku malu.
“ Baiklah, kami tidak akan tampil. Dan silakan kamu tampil sendirian, jadilah badut diatas panggung..”
Aku tidak mampu berbuat apa-apa ketika mereka mengikat rambutku layaknya orang bodoh, memoles mukaku dengan cat warna merah menyerupai badut sirkus. Aku tidak peduli, aku hanya ingin ayah bahagia dan menepati janji kepada ayah untuk tampil dalam panggung itu. Setelah puas mendandaniku seperti badut mereka pergi mendorong aku diatas panggung saat ibu guru yang bertugas menjadi pembaca acara memanggil tim kami dan aku muncul sendirian, mereka semua berlarian mengumpat.
“ DImana yang lain?” tanya ibu guru,
Aku terdiam, semua orang yang ada di bangku penonton menertawakan aku, mereka melihat badut yang sedang berada diatas panggung, aku sungguh tidak bisa berbuat-apa ap.
“ Astaga apa yang terjadi padamu dan yang lain pergi kemana? Kita tidak akan bisa menjalankan acara music ini.”
Aku mengambil kertas dan menuliskannya
“ Bu, izinkanlah aku bermain piano ini, aku sudah berjanji pada ayah untuk bermain piano , ia sedang terbaring lemas di rumah sakit, jantungnya melemah hari ini, aku takut ia akan semakin buruk bila tau aku gagal bermain bersama tim musik di sekolah”
Ibu menatapku, ia sadar bertapa aku sangat sulit.
“ Baiklah mainkanlah piano ini, tunjukkan pada dunia kalau kamu adalah orang special dengan musikmu”
“ Terima kasih bu.”
Ibu guru memberikan kata-kata sambutan kepada penonton yang terus tertawa karena melihat badut sepertiku, tapi aku tidak peduli. Dengan keunggulan 3g, aku mengadakan video call dan ayah tersenyum padaku memberikan semangat, keletakkan telepon itu diatas meja piano.
“Tuhan bimbing aku agar semua berjalan dengan baik. Dan dengarkanlah musik ini..”
Setiap denting musik mulai memecahkan semua tawa yang awalnya menghujatku, menghinaku, arunan musik ini membawa perjalanan kisahku untuk berjuang menunjukkan pada dunia, aku memang terlahir cacat, aku tidak pernah tau apa artinya musik, tidak tau bagaimana suara burung, suara ayah bahkan tragisnya aku tidak pernah tau suara yang keluar dari mulutku sendiri.
Tapi aku percaya, aku tercipta bukan tanpa tujuan dalam dunia ini. ketika lagu itu usai kumainkan, semua berdiri dan memberikan tepuk tangan, aku menangis. ibu guru memelukku, aku ingin ibu menyampaikan pesanku kepada penonton.
“ Terima kasih, memberikan aku kesempatan untuk berada ditempat ini. Kini aku tau mengapa aku berbeda, karena Tuhan mencintaiku. Aku tidak akan marah pada Agnes dan teman-teman, aku bersyukur karena mereka mengajarkan aku tentang ketekunan dan ikhlas. Termasuk ayah, yang selalu bilang padaku “ kita tidak perlu merasa sedih dengan keadaan kita, bagaimanapun bentuknya. Karena Tuhan memberikan kita nafas kehidupan dengan tujuan hidup masing-masing”
Ya aku percaya itu.
Tamat

Arti “Sahabat” Sesungguhnya Setelah Membaca Kisah Ini



” tiada kasih yang lebih abadi daripada pemberian seorang sahabat  yang sempurna- tidak akan mati walau ia pergi untuk selamanya dalam hidup kita” Agnes Davonar
Aku tidak pernah berpikir kalau hidupku masih bisa bernafas setelah kecelakaan tabrakan mobil yang membuatku koma selama 1 bulan lamanya. Istriku Angel berkata padaku, bahwa Tuhan masih sangat mencintaiku sehingga ia memberikan aku satu kehidupan baru dalam hidupku. Selama proses pemulihan aku hanya bisa duduk terbaring di kursi roda untuk melakukan aktifitas, sebagai anak tunggal satu-satunya dalam keluargaku, ayah dan ibu sangat mencintaiku.
Hidupku terlahir dengan kekayaan berlimpah, istriku cantik dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak orang kaya. Aku bersekolah di Australia saat lulus dari SMA dari Jakarta, menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan, lucunya aku baru tau jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.
Aku duduk di teras rumahku yang menghadap ke laut Jawa dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan rehabitasiku. Istriku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja istriku baru membacanya dan menaruhnya disana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah foto antara aku, istri dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku bernama Fernando.
Bukankah ini foto saat kami berada di Australia, Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, istriku dan dia berfoto bersama saat berdiskusi. Istriku datang dan menghampiriku sembari meletakkan segelas susu di meja.
“ Mengapa foto ini ada disini sayang?” tanyaku
Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.
“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”
Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah.
“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?”
Istriku terdiam, suara telepon tiba-tiba berdering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat. Aku hanya bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras, ia bukan laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus bekerja sebagai pelayan restoran, aku berterima kasih padanya karena berkatnya aku masih bisa hidup sampai detik ini.
Berkatnya juga aku bisa mengenal istri yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah tragedi terjadi dalam hidup kami. Suatu ketika semua orang mempergunjing aku di kampus dan mengatakan aku seorang gay karena terlalu dekat dengan Fernando. Terang saja aku marah, kami normal dan dekat karena dialah satu-satunya sahabatku di Australia dan aku bahkan rela menghajar orang-orang yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan it u terus menghantuiku, sebagian dari sahabatku memang pernah berbisik kalau sahabatku itu gaytapi Angel tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum hadirnya aku.
Tapi hidup memang pahit, di mataku sendiri Fernando berciuman dengan sesama pasangan gay-nya. Aku hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya berbuat demikian. Sidney memang kota bebas bagi gay, tapi tidak buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tau Fernando melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah
“ Aku mungkin gay, tapi aku bukanlah monster yang ada disampingmu selama ini. Bagiku siapapun boleh menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun”
Aku tidak tergoda oleh kalimat itu walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Sidney saat itu juga dengan membawa Angel pindah ke Perth. Aku tau Angel ingin menyarankan aku untuk menerima kenyataan tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gay dan menjijikkan seperti dia. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti yang aku katakan sebelumnya kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu bersama istriku tepatnya 3 tahun setelah kami berpacaran di sebuah restoran mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restorant itu.
Aku sadar ini saat terakhir aku berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Jakarta. Saran istriku padaku untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun di hatiku tidak pernah mau memaafkan statusnya sebagai gay. Kami bicara seadanya tentang hidup kami , dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando.
Istriku kembali, dengan wajah sedikit senduh dia duduk di sampingku.
“ Sayang, sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang foto itu”
“ Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini?”
Istriku menunduk sambil berkata “ Dia ada disini..”. Aku menjadi bingung,
“ Maksudmu apa?”
“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu?”
Istriku menangis sambil bercerita, di saat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah sakit adalah Fernando, Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi. Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan dokter menyarankan Fernando mencari donor jantung. Istriku Angel begitu terkejut dengan berita kecelakaan itu, ia menangis di samping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung yang tepat dalam waktu saat kondisi kritis seperti ini.
” Fernando, sebentar lagi Anthony akan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup hidup bila bayi dalam kandunganku ini tidak memiliki ayah..” ujar Angel.
Fernando tersenyum dan berkata
“ Percayalah kalau Anthony ( namaku) akan tetap hidup di samping kamu untuk selamanya”
Itulah kata-kata terakhir dari istriku, Fernando mendekat pada dokter dan berkata ia mau mendonorkan jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando tidak putus asa, baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan bodoh.
Sesaat sebelum kematiannya ia menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu,  dengan tersenyum dibalik telepon Fernando berkata “ Saya menunggu anda di belakang rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon dokter kemarilah dalam waktu 10 menit.” Dengan berani Fernando menabrakkan dirinya pada sebuah truk yang lewat, dia mengorbankan dirinya untuk menjadi donor dalam keadan sekarat.
Angel menerima kabar itu usai operasiku berjalan lancar saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada keluarga, dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Angel tidak mungkin mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan saat inilah aku tau. Aku hanya bisa menangis di atas makam sahabatku. Entah bertapa bodohnya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku. Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada penyesalan dalam hidupku.
“ Dia sahabat yang tidak hanya menolong hidupku satu kali tapi dua kali, bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf tapi akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bertapa dia adalah sahabat sejati dalam hidupku, aku terlalu egois mengatakan bahwa dia gay dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata dia terakhir padaku tidak akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang gay tapi ia bukanlah monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.”
Aku tidak akan pernah melupakan hal ini, walaupun hidupku berjalan dengan waktu, semoga kisahku tidak membuat kalian menjadi seperti aku. Ingatlah sahabat itu hadir dalam hidup kita tanpa pernah kita sadari bahwa sejatinya tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. anakku terlahir beberapa bulan kemudian dan untuk mengenang sahabatku, keberikan nama Fernando padanya.
Gay, lesbi , pria buta, wanita bisu mereka adalah manusia yang memiliki hati untuk mencintai dan kasih dalam persahabatan. Setidaknya kita menyadari saat ini sebelum terlambat

Twitter Love Story: Kisah Sedih Cowok yang Ninggalin Ceweknya

” Seperti biasanya, penyesalan selalu datang terlambat ketika kita kehilangan hal-hal yang membuat kita bahagia”
Agnes Davonar


Twitter love story : based on true story

Menulis kisah gua, sepertinya menulis kisah anak bodoh yang mengakui bahwa dirinya sangat bodoh. Tapi, kadang kebodohan membutuhkan kejujuran untuk dikatakan. Siapa yang mau jadi orang yang hidup dengan duit pas-pasan di Jakarta? Apalagi kuliah yang sekarang mahalnya minta ampun. Gua hanya seorang mahasiswa yang berusaha untuk lulus mendapatkan gelar sarjana. Karena orang tua gua pengen gua jadi orang yang lebih berguna sebagai anak kampung yang gak Cuma jual toko kelontong? Mereka pengen gua jadi pengacara.. karena itulah gua kuliah hukum di Untar.
Itulah kehidupan mahasiswa, gua kagak tega selalu meminta uang tambahan dari orang tua gua untuk beli buku hukum, tinggal di kos dan makan sehari-hari saja uda bikin mereka nanti ngerem perut pakai tali kencang-kencang. Beruntung, disaat gua buntuh, temen gua tawarin kerja di di perusahan IT, awalnya gua bingung? Masa jurusan hukum belum lulus bisa kerja di IT.
“ Kerjanya gampang Dit, Cuma balas-balasin mentions, twitter orang yang nanya-nanya seputar jalan? Bisa kerja freelance juga kok.. gak perlu pinter computer? “ kata teman gua- Jawe.
“ Ok deh, gua terima.. tapi loe ajarin ya,.”
Ternyata teman gua emang betul, kerjaan gua emang paling gampang sedunia. Perusahaan IT itu Cuma nugasin gua untuk memberikan info kepada followernya buat kasih petunjuk jalan. Namanya situsnya TrafikJak**. Bagusnya perusahaan kasih modal gua kendaraan di malam minggu kalau kerja lembur, Akhirnya resmi lah gua jadi pegawai freelance.
Singkat waktu, tiap hari gua mesti kerja dari pulang kuliah gua sore sampai malam, dan bahkan kalau sabtu minggu gua biasanya bergadang sampai pagi. Hidup memang keras di Jakarta, tapi gua menikmati perkerjaan ini. Karena, gua bisa santai santai sambil nonton TV atau surfing internet. Cuma ngawas dan infoin macet dimana-dimana. Jadilah bisnis, dasar Jakarta, macet pun jadi duit. Kalau gua lebih pinter dikit mungkin gua jadi orang kaya, sayang belum punya modal.. nasib anak kampung.
Suatu hari, gua menghabiskan waktu gua dari pagi sampai subuh di kantor.
Gua entah merasa, ada yang aneh sejak awal dengan salah satu follower perusahaan gua. Dia sepanjang hari terus mentions dengan pertanyaan2. Idnya @blackangel , dari namanya uda ribet. Tapi sebagai pegawai yang baik gua mencoba membalas semua pertanyaan dia. Yang terpenting saat gua lihat foto dia, entah benar atau tidak. Dia cantik sekali- agak kontras dengan nama dia, idnya @blackAngel tapi fotonya seperti white Angel alias malaikat cantik. Dia adalah follower yang sering bertanya-tanya tentang jalan. Sudah beberapa hari sejak gua kerja disini, dan sudah tidak asing dengan dia.
Suatu Pagi itu, dia mention ngoceh karena macet di daerah pesing dan minta penjelasan. Siang harinya dia mention lagi marah2 karena daerah senayan macet parah. Sore harinya dia kembali marah2 karena daerah pluit macet. Gua jadi bingung, neh orang seharian keliling kota, jualan apa sales? Tapi dengan setia gua memberikan pesan penjelasan macet. Sampai akhirnya jam malam dia mulai diem. Saat gua hendak pulang karena sudah digantikan shift lain, tiba-tiba dia mention lagi.
“Mobil gua mogok, gua butuh pertolongan. Bensinnya habis. gua disamping tol kebun jeruk, gelap dan butuh bantuan?@trafikjak**”
Sebenarnya bukan tugas perusahaan gua untuk masalah ini, tapi gua memang cowok yang lugu, merasa seharian selalu ladenin dia, akhirnya gua jadi terlibat sama dia. Singkat kata dia menjelaskan kalau pulsa dia habis, gak bisa minta bantuan siapa-siapa selain ke gua. Gua tau, sulit pasti kalau mobil mogok di jalan dan merasa kasihan, apalagi dia cewek. Akhirnya gua menawarkan bantuan.
“ Tunggu disana, saya rasanya paham daerah anda, usahakan jangan keluar mobil. Saya akan menggunakan mobil perusahaan untuk membantu”
Dipikiran gua, mungkin saja bos gua akan marah karena ternyata selain memberikan pentunjuk jalan, perusahaan ini ternyata bisa bantu orang juga yang sedang mogok tapi gua pikir sekalian sajalah pulang lagian pula mobil kan dipinjamkan khusus sabtu dan minggu untuk gua. Alasan lain menolong adalah sebagai cowok, mana tega sih biarian cewek sendirian, malam2, mogok dijalan. Kan gua juga ada adik perempuan. Akhirnya gua pun pergi menuju tempat cewek itu maksud yang bernama @blackAngel.
Dia sempat bilang kalau mobil dia BMW warna silver. Gua nyetir sekitar 20 menit. Akhirnya gua tiba, turun dari mobil, gua yakin kalau itu mobil dia sebab tidak ada lagi mobil yang mojok minggir, ternyata dia ga bohong, memang daerah ini sepi sekali. Bahkan ga ada yang jualan. Pantesan dia berharap gua tolong. Saat gua menengok ke dalam mobil, tidak ada seorang pun. Gua jadi bingung, jadi paranoid. Jangan-jangan terjadi kenapa-kenapa sama dia? Atau jangan-jangan dia hantu!!
Gua mencoba membuka pintu mobil dan gak dikunci, saat itulah seperti sesuatu menempel tepat di belakang kepala gua. Membelakangi gua.
“ Tutup mata – jangan melihat ke belakang, atau gua tembak?” suara cewek.
Seumur-umur gua gak pernah berurusan dengan pistol di kepala. Gua panic menutup mata.
“ Ampun-ampun jangan tembak?” teriak gua ketakutan.
“ Ngapain loe buka-buka pintu mobil. Jawab, loe mau coba-coba maling mobil ya! Gua tembak loe ya!!”
“ Sumpah kagak- gue Cuma mau cek mobil, mau bantu yang punya mobil tadi dia minta tolong ke perusahaan gua trafikjak.. sumpah.. jangan tembak, jangan tembak. Ampun..” gua merinding ketakutan.
Tiba-tiba kepala gua merasa kehilangan rasa tusukan, jantung gua berhenti berdetak kencang.
“ Ooo. Gitu.. jadi loe yang dari trafikjak itu! Buka mata loe.’
Gua membuka mata perlahan dan baru menyadari kalau benda yang gua kira pistol hanya ujung sepatu hak. Dan dialah pemilik mobil bernama BlackAngel itu..
“ I.. iya..”
“ uda ga usah takut, gua pikir loe maling..”
Gua terdiam, tak menyangka gua kalau dia benar-benar seperti yang difoto, cantik dan memepersona, seumur-umur hidup baru kali ini gua lihat cewek cantik dalam hidup gua.
“ Woi bengong!! gimana mobil gua.. “ Teriak dia dan gua tersadar dari lamunan gua.
“ oh ya, gini aja gua tarik mobil loe sampai pom bensin terdekat gimana.. “
Dia melempar kuncinya. Lalu berjalan ke mobil gua yang masih hidup., gua jadi bengong aja. Maksudnya apa dia lempar kunci ini. lalu teriak,
“ Jangan kebanyakan bengong sih, sana buruan ikat talinya,..” teriak dia sambil masuk ke mobil. Gua mencoba tersenyum, karena benar juga kata dia. Ga mungkin dia yang ngikat tali ke mobil, kan dia cewek, tugas cowok lah yang kasar-kasar gitu.
Selesai gua mengikat tali, gua mendekati dia. “ uda tuh, jalan ya?” “ ok” kata dia. Tapi dia ga keluar dari mobil gua. Gua jadi bingung.
“ loh kok bengong lagi.. Sana loe bawa mobil gua, gua bawa mobil ini.”
“ ok ok..” dalam hati gua kok jadi merasa di ganjil sih, harusnya kan gua yang bawa mobil dan dia ngikut di belakang, kok ini jadi gua yang bawa mobil dia?. Tapi sekali lagi gua bersabar.
Tiba di pom bensin terdekat. Gua bermandikan keringat karena AC mobil mati. Akhirnya mobil mewah dia itu menyala lagi setelah diisi pertamax. Dia mendekat ke gua. Dengan santai sambil berkata.
“ Thank you. Bye..” lalu pergi ke mobilnya dengan begitu saja.
“ loh Cuma gitu aja..” jawab gua spontan
Dia tersenyum berjalan meninggalkan gua, tiba-tiba dia berbalik. Menyodorkan uang ke gua..
“ Neh uang rokok?”
“ eh, ga usah.. ikhlas kok.”
“ Yakin?” kata dia “ ia sumpah..”
“ dasar bego, dikasih duit kagak mau.. ya sudahlah. Bye-bye forever. Brondong!!”
10 menit gua bengong. Dan baru menyadari. Umur gua memang baru 19 tahun tapi gua ga sebego itu di otaknya. Gua salah menolong orang! Wajah cantik tapi kelakuan mines. Dia pikir gua ini pembantu, mentang-mentang wajah gua pas-pasan, dia ga seharusnya manfaatin kebaikan gua untuk disuruh-suruh dan pergi seenak hatinya sama gua, ngatain gua bego dan brondong lagi!!. Dengan emosi, gua pun pergi membawa mobil gua. Sekiranya 100 meter dari pom bensin, giliran mobil gua yang mati, sial,. Bensin gua yang habis sekarang! Malam paling sial dalam hidup gua, dorong mobil susah payah, isi bensin, habis deh gaji mingguan gua!!. Kalau tau gitu, gua terima aja deh duit dia walau harga diri gua jatuh. Semua gara-gara @blackAngel itu, emang benar dia sesuai nama. Buruk, malaikat hitam!!!
***
Keesokan paginya, saat gua bangun dan hendak pergi kerja. Gua baru menyadari satu hal. Kalau ada hendphone ketinggalan di mobil ini dalam keadaan mati. gua berpikir hendphone siapa ini? mungkin saja anak kantor. Gua Tanya ke semua anak kantor tapi gak ada yang ngaku, akhirnya gua coba changer tuh hendphone dengan milik temen gua yang sejenis, setelah menyala-tiba-tiba ada telepon masuk. Gua angkat.
“ WOI BERENGSEK BALIKIN HENDPHONE GUA, KALAU BUTUH HENDPHONENYA BILANG AJA, GAK USAH MALING! HENDPHONE GUA ITU PENUH DENGAN KONTAK TELEPON PENTING!!! BALIKIN..” Teriak suara perempuan.
Mendengar suara khas itu, gua jadi paham ternyata ini HP @blackAngel yang tidak tau diri itu, ternyata dia kena karma karena sudah manfaatin gua. Gua tutup telepon itu, gua pengen balas kelakuan buruk dia, bahkan bukannya berterima kasih sudah gua temukan hendphonenya malah ngata2in gua. Gua sih gak bermaksud untuk mencuri neh HP, tapi pengen kasih pelajaran beberapa hari sampai nanti gua balikin lagi.
Tiba-tiba teman gua Tanya ke gua
“ Dit, loe emangnya semalam ada nolongin orang ya, kok ada yang mentions ke kita kalau dia kehilangan hp sih..”
“ ah kagak, gila loe, orang gila cuekin aja..” kata gua yakin kalau itu @blackAngel
“ kayaknya sih gitu, abis timelinenya aja kayak gila gitu, marah-marah ga jelas!”
Bagus! Semua ga ada yang percaya. Akhirnya seharian tuh hendphone gua sembuyikan. Target gua tiga hari lagi gua balikin. Hehehe kalau dia inget ya..
***
Gua paling benci kalau kuliah di hukum selalu harus bangun pagi jam 7. Karena kuliahnya semua selalu pagi. Seperti hari ini, gua rasanya mengatuk karena kerjaan gadang kemarin. Untungnya dosen gua itu cuek dan ga pernah pusing kalau mahasiswa tidur selama gak ganggu, itu demokrasi kata dia. Saat gua mencoba tidur, tiba-tiba kelas gua seperti berbisik-bisik. Gua terbangun.
“ anda mahasiswa untuk kelas ilmu Negara?” Tanya dosen gua.
“ Maaf pak, saya hanya ingin survey, kelas ini untuk jurnal pribadi saya ” Kata dia dan dosen kemudian menawarkan tempat duduk dimana saja dia suka.
Astaga. Gua parno sekali, itu cewek rasanya ga asing buat gua. Tapi gua masih terlalu ngantuk untuk ingat-ingat wajah dia. Dia duduk baris depan. Lalu melirik gua , dan dari tatapan mata dia. Gua baru sadar kalau itu @blackAngel.. kenapa bisa dia ada disini? . Gua menunduk dan berharap dia ga inget gua. Tiba-tiba dia angkat tangan.
“ Bapak, mau nanya. Hukuman untuk orang mencuri itu berapa tahun ya?”
“ Rasanya sekitar 5 tahun denda maksimal 5 juta..”
“ Ooo gitu. Termasuk mencuri HP itu bisa lebih dari 5 Tahun gak ya?“ “ bisa aja” pertanyaan dia bikin gua jadi takut. Lalu dia melirik gua dengan wajah bengis sambil mengacungkan telunjuk tangannya. Dari kodenya gua menyadari dia minta gua keluar dari kelas ini. Gua takut sekali kalau dia teriak gua mencuri HP dia. Akhirnya dia keluar dan gua ikutin dia sampai di luar ruangan.
“ Loe pikir, gampang ya? Begitu aja kabur setelah mencuri HP gua..”
“ Aduh. Loe jangan salah paham. Gua ga ada maksud buat curi hendphone loe. Gua cuma..”
“ Cuma minjem gitu.. Dasar mahasiswa kere!! balikin cepat atau gua laporin ke dekan loe, kalau mahasiswanya maling.. biar loe di D0 sekalian..”
“ Please jangan.. HP loe ada di kos gua..”
“ Kalau gitu sekarang kita ke kos loe, jangan harap gua mau percaya loe. Setelah loe kabur dan gak mau balikin HP gua..”
Akhirnya dia ikut gua ke kos. Gua balikin HP dia, Dia langsung gampar gua dengan tangannya di pipi kiri. Rasanya sakit sekali, tapi gua pasrah aja.
“ masing untung loe gua ga laporin polisi dan teriak loe maling..”
“ gua gak maling kok, gua Cuma mau kasih pelajaran. Abisnya kemarin uda gua tolong loe malah ngatai2in gua gitu aja..”
“ loh emang gua harus gimana, nyembah loe gitu!! Sambil ngomong” terima kasih sayang.” Jangan ngimpi..”
“ tapi kok loe bisa tau gua kuliah dimana sih?”
Dengan wajah sedikit licik dia berkata “ bahkan gua tau ukuran kolor loe.. kerjaan bapak loe. Sampai kota asal loe..anak kampung!!”
Lalu dia terdiam, mengambil memory card di dalam HP sambil melempar HP itu ke gua.
“ sesuai janji gua. Neh HP gua ga perlu, gua Cuma perlu memory card ini. ambil aja, anggap hadiah buat loe yang uda nolongin gua, lain kali kalau mau, ga usah kayak maling gitu”
Gua merasa hancur dan tersakiti oleh kata-kata dia. Harga diri gua benar-benar gak ada. Tapi gua ada di posisi yang salah. Mau gimana lagi, gua ngerti hukum. Posisi gua salah, walau maksud gua iseng. Kali ini @BlackAngel sudah membuat gua pengen jadi banci aja. Gua pun menutup pintu dan menangis. Rasanya sedih sekali dihina seperti itu oleh seorang perempuan. Agak lebay sih, tapi untungnya gua nangis di kamar. Jadi ga ada yang tau.. Semoga Tuhan membalas kejahatan dan orang songong bernama @BlackAngel itu. HP dia gua taruh di laci kamar gua. Gua gak mau dikerjain dua kali sama neh cewek. Entar dia bakal licik dan minta balik tuh Hendphone, dan merasa gak pernah ngasih HP ke gua. Hanya untuk cari aman!!
***
Beberapa hari kemudian, setelah hidup gua bangkit..
Suatu malam, pintu kos gua digetok-getok berisik dan gua terbangun dengan wajah kesal. Tiba-tiba saat gua buka pintu @blackAngel muncul. Wajahnya menangis dan langsung meluk gua.
“ Eh. Eh kenapa loe..” kata gua dan dia menangis.
Dia terus menangis dan akhirnya setelah tenang dia cerita kalau dia diputusin pacarnya yang di Jepang.Gua mencoba bersimpati dan dalam hati merasa Tuhan sudah membuktikan kepada gua kalau karma itu ternyata ada hihihi. Lagian yang bikin gua bingung, kenapa bisa nyasar ke tempat gua. Dengan santai dia hanya bilang. Dia gak tau mau kemana dan gak punya siapa-siapa disini. Gua sedikit percaya dengan kata-kata dia karena sifat seperti dia yang gak tau berterima kasih, pastinya gak ada yang mau temanan sama dia.
Tiba-tiba dia merasa lapar dan minta gua temenin. gua menawarkan dia untuk ditraktir yang disambut dia dengan senyuman. Gua bingung mau ajak makan kemana dan akhirnya kita makan nasi goreng di jalanan, lalu dia berkata:
“ loe miskin banget ya hidupnya? sampai makan aja mesti dijalanan kayak gini, gak ada yang lebih baik apa”
“ namanya juga anak kos, lagian nasi goreng ini enak kok. Uda tenang aja gua yang bayarin deh…”
“ obat rumah sakit gua bahkan lebih mahal dari traktiran loh, ya sudahlah, buruan pesan gua lapar.!”
Dengan sedikit bt, gua pun akhirnya pesanin dia, dalam hati gua berkata “ sudah untung mau ditraktir, bukannya terima kasih malam protes!! Emang ga punya sopan santun”. Walau awalnya dia merasa jijik akhirnya sepiring nasi goreng habis juga tuh di mulut dia. Waktu berjalan dengan cepat. Akhirnya gua tawarkan untuk anterin dia pulang. Dia dengan senang hati menerima, gua yang nyetirin sampai ke apartement dia di pantai mutiara. Tiba tiba dia minta berhenti, dia suruh gua turun di depan pintu masuk apartemen dia. Gua turun dan dia mengambil stir mobil.
“ Eh. Sejak pertama kali kenal sampai sekarang, gua gak tau nama loe. Siapa sih?” Tanya dia ke gua.
“ Adit. Aditya..”
“ Ok Dit, thks uda anterin gua pulang, neh ambil buat naik taksi pulang..” dia menyodorkan uang.
“ Eh gak usah, gua masih ada duit..”
“ yakin, yauda kalau gitu. Bye..”
Dia pergi gitu saja meninggalkan gua tanpa basa basi. Gua bertanya dalam hati. Kenapa ada orang kayak gitu di dunia ini? habis manis sepa dibuang. Dan yang jadi pertanyaan?
Kok gua mau ya diperbudak dia!!!! Nasib-nasib..
***
Selanjutnya. Gua bukan hanya merasa sangat bodoh tapi sudah stadium tolol. @blackAngel mulai sering mendatangin hidup gua? Tapi gua gak pernah bisa menolak. Dia hadir dengan sifatnya yang khas. Tanpa basa basi dan tanpa peduli tapi dia begitu membuat gua terus bertanya-tanya? Mengapa gua ga bisa menolak dia dalam hidup gua. Gua rela bolos kuliah hanya untuk temenin dia jalan-jalan, gua rela bersama dia untuk hal-hal ga penting seperti temenin dia main tenis bahkan sampai harus rela-rela nemenin dia belanja. Gua seperti ga punya kekuatan untuk menolak karena dia selalu datang dan datang lagi.
Sejujurnya terkadang dia membuat gua senang, dia suka jujur apa adanya. Dia gak suka dengan apa yang dia lihat, maka dia akan katakan. Pernah suatu ketika, ketika ada promo kue di mal, seorang sales menawarkan kue dan mengatakan kalau kue ini enak, dia tertarik untuk coba dan saat itu dengan marah dia berkata.
“ Kue ini gak enak, jijik gua rasanya. Pasti gak akan laku di jual .” sales itu terlihat marah dan gua langsung menarik tangan dia. Gua tau, kejujuran dia itu terlalu membahayakan orang lain. Oleh karena itu, gua jadi yakin sekali kalau dia tidak punya seorang teman pun di dunia ini selain gua. Mungkin satu-satunya kali ya..
Tapi ada hal lain yang membuat gua tidak peduli dengan sifat dia, dia adalah perempuan cantik. Gua percaya dia akan berubah kelak, dia hanya manja tapi dia akan semakin dewasa, maklum umurnya aja lebih tua 2 tahun dari gua, baru 21 tahun. Kelak pasti ketika dewasa dan menemukan arti kehidupan dia akan jadi wanita hebat. Itulah yang membuat gua yakin, kelak pasti dia berubah. Perlahan, dia mulai cerita banyak hal sama gua. Ternyata. Orang tua dia itu kerja di Jepang, dia kesini karena merasa orang tua dia akan cerai sehingga protes dengan menghilang ke Indonesia.
Kekasih dia yang orang jepang, memutuskan dia karena gak mau kembali ke Jepang. Gua pun bertanya sama dia.
“ Emangnya loe bisa, hidup tanpa mereka, bukannya mereka itu penting buat loe.”
“ Sudah enggak, yang penting dalam hidup gua adalah loe. Saat ini..”
Gua tersipu malu, walau gua yakin dalam hati dia pasti lagi bercanda untuk membuat gua senang saja.Ya. Itulah @blackAngel. Penuh kejutan dan membuat gua merasa bahagia dan menderita. Walau kasar dalam perkataan dan perbuatan , dia tetaplah wanita cantik yang membuat gua bangga jalan sama dia hehehe
Suatu saat, ketika dia hendak pulang. Gua iseng bertanya sama dia.
“ Loe kok tiap hari maunya deket sama gua sih, jangan-jangan loe suka sama gua ya?” Tanya gua.
“ Ck ck ck, ngaca dong, loe tuh masih brondong, mana mau gua sama anak kecil kayak loe. “
“ Jadi apa dong maksudnya “
Dia terdiam dan tidak menjawab, gua sedikit tersinggung ketika dia bilang gua anak kecil. Tapi ya sudahlah, masuk telinga kiri keluar telinga kanan berlaku buat gua hari ini.,
***
Suatu pagi, dosen gua bilang sama gua, kalau kuliah gua semester ini pasti gagal. Karena gua uda absen 3 kali dan nilai gua hancur.
“ jadi apa yang harus saya lakukan pak untuk bisa menyelamatkan nilai saya”
“ jadi diri kamu sendiri, mahasiswa sesungguhnya!!” kata dosen gua..
Dengan wajah sedih, gua merenung, gua sadar. Gua ini punya tugas sebagai anak yang harusnya gak sia-siakan duit orang tua gua. Sedih rasanya harus tau gua akan gagal dalam beberapa kuliah penting. Perasaan gua karut, gua banyak berdiam diri di kamar dan bahkan sudah sejak beberapa minggu sejak kenAL @BlackAngel, gua uda gak kerjalagi di perusahaan it itu. Gua baru sadar hidup gua hancur karena selalu temenin @blackAngel.
Gua pun sadar apa yang gua lakukan gak guna dan hanya bisa membuat sensara masa depan gua. Gua pun menghindar dari @blackAngel, dia sering telepon dan sms tapi gua gak balas. Dia sering ke kos gua, dan selalu gua gak buka pintu. Gua gak mau lagi terganggu oleh dia. Sampai akhirnya dia sendiri perlahan menghilang dalam hidup gua. Ketika itu gua merasa tidak ada yang salah buat gua untuk ninggalin dia. Karena selama ini toh, hubungan gua dan dia hanya teman biasa saja dan jalan. Dan sudah selesai, gua harus kembali menjadi diri gua sendiri. Mahasiswa yang belajar untuk jadi pengacara.
gua mencoba memperbaiki nilai kuliah gua dengan belajar sungguh-sungguh, sampai akhirnya seorang teman. Memberikan gua surat. “ ini surat dari cewek yang dulu pernah masuk ke kelas. Dia tadi pagi datang loe belum ada, jadi dia titip ini.”. dengan wajah bĂȘte, gua buka surat itu isinya.
“ TEMUIN GUA UNTUK TERAKHIR KALINYA, JAM 3 SORE DI PANTAI MUTIARA. TEMPAT KITA MAKAN BIASA.”
Gua tau, gua harus mengatakan sesuatu untuk dia walau berat. Ini harus terakhir kalinya gua mengatakan kalau gua ingin kembali ke hidup yang dulu. Gua datang sore itu. Dia sudah menunggu gua, ketika gua mendekat. Dia memberikan gua setangkai bunga mawar. Lalu tersenyum.
“ Thks uda datang.”
“ gua harus ngomong sesuatu ke loe. Ini penting.”
“ gua tau, tapi sebelum itu gua juga ingin ngomong sesuatu ke loe.”
“ Ok silakan..”
“ gua akan kembali ke Jepang. Terima kasih, untuk semua yang pernah kita lalui. Gua Cuma bisa bilang. Maaf untuk loe. “
Sebuah kalimat maaf pertama kali yang gua denger dari mulut dia.
“ Oo gitu ya..” gua mencoba cool.
“ kali ini gua mungkin gak akan pernah kembali lagi, banyak hal yang uda bikin gua senang dan belajar satu hal dari persahabatan kita. Kalau ternyata gua membutuhkan loe dalam hidup gua, Dit.. loe adalah sahabat yang baik dan membuat gua lupa sejenak akan keluarga gua yang rumit. Mantan kekasih gua yang putusin gua. Tapi gua sadar, gua juga belajar, terlalu egois bila gua berpikir masalah Cuma ada di hidup gua, loe pun masalah dan tanggung jawab. Dari loe gua belajar gua harus bertanggung jawab terhadap pilihan orang tua gua dan seharusnya tidak kabur, gua harus kembali untuk memutuskan bersama mereka.”
“ Oo gitu ya.. “ ucap gua datar.
“ Iya.. Cuma itu. Terima kasih..”
“ @BlackAngel, mungkin sekarang waktunya ga tepat, gua masih perlu waktu untuk mengatur hidup gua yang sekarang penuh kerumitan. Nilai gua ancur, kuliah berantakan, semuanya berantakan. Bukan karena loe, tapi karena gua yang ga bisa mengatur hidup gua.. mungkin nanti bila gua sudah bisa mengatur hidup gua, gua ..”
Angel langsung memeluk gua. Gua terdiam.
“ gua peluk loe untuk terakhir kali, gua paham. Ga usah dijelaskan. Terima kasih, terima kasih untuk semuanya.. “
Rasanya perpisahan ini tiba-tiba tidak gua inginkan, gak seharusnya gua biarkan dia berpikir gua ingin dia pergi dalam hidup gua.
“ kalau loE di Jepang, bagaimana gua bisa mencari loe lagi, disaat gua telah punya waktu..”
“ sulit, mungkin ini jadi akhir kisah kita..”
“ Jangan gitu dong, sedih neh gua.. kita masih bisa kan ketemu..”?
Lalu dia berbisik sama gua, dan mengatakan sesuatu. Gua kaget dan itu lah rasanya mustahil. Tapi dari kalimat dia gua tau, bahwa inilah akhir dari kita. Gua menyesal, seharusnya gua memanfaatkan waktu –waktu terakhir dia di sini untuk bersama dia, nyatanya gua malah membuat waktu untuk menghindar. Akhirnya dia pergi, gua meratapi semunya dengan sedih. Tapi dari wajahnya gua melihat air mata. Air mata yang menyedihkan akan perpisahan.
blackAngel.. walau pahit, akhirnya dia menghilang dalam hidup gua, semoga kelak bila gua menjadi orang hebat, gua bisa bertemu dia lagi walau dengan permintaan aneh dia. Dan dia pun kembali ke Jepang dan menolak untuk gua anter. Gua jadi tau kenapa dia bisa tau gua anak kuliah untar, ternyata dia datangin kantor gua dan salah satu temen kantor gua bocorin ke dia berkat disogok dia. Angel memang kaya dan memiliki segalanya dalam hidup tapi dia tidak bahagia, itu pendapat gua. Semoga ketika dia kembali dia menemukan kebahagiaan itu.
**
Gua kembali jadi anak kampus dengan sedikit terbayang kenang-kenangan bersama dia. Sampai akhirnya gua merasa gua benar-benar penyesalan memang selalu datang terlambat. BlackANgel memang seperti mengutuk gua, dia yang bilang saat ini hanya gua yang jadi orang terpenting dalam hidup dia, ternyata sekarang malah gua yang merasa dia terpenting dalam hidup gua. Dia di jepang lagi apa dan ngapain, gua benar-benar buta dan merindukan dia. Perlahan gua mencoba untuk melupakan dan sulit, tapi gua harus tetap berusaha.
Dan hal yang paling membahagiakan gua, dia memasang foto kita berdua saat di pantai mutiara dimana gua salah menjawab pertanyaan dia dan dia meminta orang lain mengambil adegan foto dua disiksa. Walau terlihat banget gua tolol disitu, gua bahagia sekali. Dia mengenang gua.. sayang twitter dia sudah tidak aktif. Dia menghilang sambil menunggu janji dia ke gua.
Minggu kemarin, gua mendengar ada bencana di jepang, gua merasa sedih. Gua gak tau bagaimana keadaan dia, bagaimana cara gua mencari dia, twitter dia sudah tidak aktif cukup lama. Seminggu ini gua selalu nonton tv untuk sambil update berita bencana dan berharap dia baik-baik saja. Walau sesungguhnya gua berharap dia memberikan kabar ke gua kalau dia baik-baik saja. Tapi dia sudah berjanji untuk tidak akan pernah muncul dalam hidup gua sampai dia akan tepati bila dengan satu hal yang buat gua mustahil.
Dia berkata saat bisikan itu. (ACCOUNT DIA SAAT INI @GADISGALAK )
“ kalau nama @BlackAngel jadi trending topic di twitter, maka gua akan muncul dalam hidup loe lagi, gampang kan?”
Rasanya seperti sinetron berjudul twitter love story, tapi inilah kenyataan hidup. Hal yang sulit untuk gua, karena gua bukan siapa-siapa, bukan raditya dika atau artis yang punya segudang fans yang bisa wujubkan impian dia.. Gua hanya bisa berdoa ada yang bisa membantu gua dengan keinginan dia, agar gua merasa tenang, merasa tidak cemas, karena dialah satu-satunya orang yang penting dalam hidup gua.. tidak ada jalan buat gua, selain berdoa. Dia baik-baik saja dan impian gua untuk bertemu dia benar-benar terjadi lagi.
Semoga…]